Halaman

Kamis, 19 Desember 2019

FILOSOFI BATIK CIREBON MOTIF PAKSI NAGALIMAN

Filosofi Batik Cirebon Motif Paksi Naga Liman


   Ragam Batik khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada sampai sekarang. Cirebon merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat.Motif Batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Mega Mendung. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali. Selain Motif Mega Mendung ada Motif Batik Paksi Naga Liman.
   Motif Batik Paksi Naga Liman adalah salah satu motif batik berasal dari cirebon yang menggambarkan tentang sebuah kereta sakti yang dinamakan Paksi Naga Liman. Dalam sejarahnya paksi naga liman merupakan seekor hewan keramat yang terdiri dari 3 gabungan hewan yaitu Paksi (Burung Garuda), Naga (Ular) dan Liman (Gajah).
   Gaya teknik pembuatan batik Cirebon ini berbeda dengan teknik pembuatan batik Jawa. Pada proses penggambaran pola pada pembuatan batik Jawa, pembuat pola harus menggambar garis pola sebanyak dua buah (kembar) sehingga telah memberikan batasan tembok pada pola untuk tahapan selanjutnya. Selanjutnya, pembuat tembok tidak perlu membuat garis pola sendiri dan langsung terfokus pada proses untuk menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai, dimana batasannya sudah dibuat oleh pembuat pola pada tahapan sebelumnya.
Motif Batik Cirebon terbagi menjadi dua, yaitu motif yang di gunakan pleh punggawa kerajaan atau abdi dalem dan motif yang di gunakan oleh keluarga raja. Pe4rbedaan nya terdapat dalam motif. Motif Batik untuk abdi dalem bergambar kuat dan besar, sedangkan untuk keluarga raja bergambar halus dan kecil.
Objek yang di jadikan dalam motif batik keraton Cirebon adalah tumbuhan binatang mitologi, bentuk-bentuk bangunan, taman arum, wadasan, bentuk sayap, perhiasan dan mega mendung. Tumbuh-tumbuhan yang menjadi objek adalah tumbuhan yang hidup di sekitar keraton. Setiap pemilihan tumbuhan ini dikaitkan dengan makna tertentu. Contohnya pokok hias kangkunganyang di gambarkan sejenis tumbuhan kangkung. Karakteristik kangkung yang tidak memiliki batang keras dan tumbuh di tempat yang kosong dikaitkan dengan ajaran-ajaran islam yang bermakna manusia tidak mempunyai kekuatan hanya Allah yang Maha Kuat. Selain kangkungan, terdapat pula pokok hias kluwenKluwendiambil dari bentuk kain kluwi(sukun). Kata kluwensendiri sangt mirip dengan kata keluwihen yang berarti berlebih-lebihan. Pokok hias ini dapat ditemukan dalam motif Simbar Kendo dan Simbar Manjangan.
Ragam bintang yang menjadi pokok hias motif batik keraton Cirebon seperti naga, singa, ayam jago, dan udang. Pokok hiasnya antar lain Paks Naga Liman, Naga Seba, Singa Barong, Singa Payung, Singa Wadas, Ayam Alas dan Supit Urang. Paksi Naga Liman dan Singa Barong diambil dari dua nama kereta kebesaran keraton Kanomandan keraton Kesepuhan. Singa Brong sendiri berbentuk binatang mitologi yang berkepala naga yangmempunyai belalai gajah, berbadan kuda yang bersayap, berkuku singa. Sedangkan Paksi Naga Liman berbentuk perpaduan antara burung, naga, dan gajah. Binatang-binatang mitologi ini dapat di temukan dalam motif batik Singa Payung. Contoh bentuk bangunan yang di jadikan ragam his adalah taman arum. Taman arum dapat di temukan dalam motif Taman Arum Sunyaragi. Taman Arum adalah symbol keharuman dan keindahan taman sultan yang bias digunakan untuk berekreasi dan mendekati Allah SWT. Bentuk taman arum sendiri adalah taman yang dikelilingi air yang di penuhi gua-gua buatan. Bentuk sayap yang di miliki batik Keraton Cirebon mempunyai karakteristik tersendiri. Berbeda dari bentuk sayap di batik keraton Yogya dan Solo yang mempunyai karakteristik pada ujung-ujung sayapnya yang teratur dan rapi, batik keraton Cirebon mempunyai sayap-sayap yang lebih terbuka dan terkesan sedang terbang. Seakan menyirat ekspresi orang Cirebon yang terbuka. Motif dan pokok hias sayap ini dapat dilihat pada motif Sawat Penganten.
Motif batik keraton Cirebon yang saat ini sangat populer adalah motif Mega Mendung. Motif ini berupa gambar awan yang bertumpuk-tumpuk. Motif ini terpengaruh dari kebudayaan Tionghoa. Lapisan awan tersebut biasanya terdiri dari lima sampai tujuh warna yang monokromatis. Jumlah lapisan itu mempunyai makna rukun islam yang ada lima dan tujuh lapis langit yang dilalui oleh Nabí Muhammad SAW ketika perjalanan Isra Mi'raj. Melemahnya keraton akibat penjajahan membuat semakin renggangnya aturan-aturan pemakaian motif batik keraton. Melemahnya pengaruh keraton yang diiringi perkembangan industri dan pasar batik membuat motif-motif batik keraton dapat dipakai oleh umum. Hingga saat ini motif-motif batik keraton dapat dijumpai di toko-toko dan dipakai di tempat umum, Semakin umumnya motif-motif ini dipakai membuat makna dan nilai-nilai yang dikandungnya tergerus karena hanya dilihat dari aspek keindahan. Padahal, motif-motif di atas sarat dengan makna. Jangan sampai batik hanya dilihat sebagai komoditas, industri, dan ekonomi belaka, Batik mempunyai nilai-nilai budaya yang sarat akan arti kehidupan yang telah berkembang semenjak nenek moyang bangsa Indonesia.
Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi menjadi industri modern. Masuknya batik ke dalam industri modern menuntut para produsen batik untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang sesuai dengan perkembangan mode dan tuntutan pasar. Perkembangan batik dari tahun ke tahun semakin menunjukkan dinamika yang beragam. Jika dulunya penggunaan batik sangat dibatasi dan hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan dan kraton tetapi saat ini batik dengan maraknya digunakan oleh khalayak umum dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya perubahan-perubahan dari masa dulu hingga kini, ditinjau dari batik itu sendiri sebenarnya merupakan hal yang positif, karena merupakan salah satu upaya untuk menjaga eksistensi batik di zaman modern ini agar tetap lestari. Namun, di sisi lain, bagaimana dengan nilai filosofi yang terdapat pada setiap motifnya? Seberapa jauhkah kita sebagai warga Indonesia, sebagai konsumer batik mengetahui dan mendalami nilai filosofi yang terkandung di dalamnya? Apakah kita sebagai warga asli Indonesia menggunakan batik hanya untuk pelestarian dan memperkenalkan batik ke mancanegara tanpa memperkenalkan dari segi nilai filosofinya?.
Nah dari berbagai macam batik yang terdapat di setiap provinsi di Indonesia, mari kita bahas nilai filosofi yang ada pada batik khas dari Kota Cirebon. Dimulai dari kota sendiri, Cirebon.
Tata susun batik Paksi Naga Liman ini tergolong ke dalam bentuk mandala dalam tipe “Centering”. Secara konsep mandala empat motif yang terdapat pada batik Paksi Naga Liman tersebut saling memberi energi pada motif di tengah yaitu dilambangkan dengan motif pohon hayat. Pohon hayat melambangkan sifat darma, memberi perlindungan dan kekuatan hidup sesuai dengan energi ke empat motif tersebut. Filosofi bentuk binatang singa berkepala naga dan singa berkepala gajah, memberi energi yang lebih dari sekedar kekuatan singa, naga, dan gajah. Ketiga binatang yang mempunyai kekuatan maha besar apabila dipadukan maka akan mempunya kekuatan yang lebih besar lagi. Maka dapat dikonotasikan bahwa simbolisme singa berkepala naga dan singa berkepala gajah akan mampu memberikan energi tentang perlindungan dalam kekuatan hidup. Dengan kata lain, batik dengan corak ini merupakan simbol dari kekuatan kerajaan Cirebon untuk mencapai sebuah kemakmuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar