Halaman

Rabu, 18 Desember 2019

MENGENAL FILOXOFI TUAN KERIS, PAMOR DAN PERLAMBANGANNYA






       

Banyak penggemar keris yang mengaitkan nama dan motif pamor dengan khasiat Kegunaan tuah keris atau tombaknya. Untuk mengetahui sebuah keris atau tombak itu baik atau tidak tuahnya, orang lebih dahulu akan mengamati jenis motif pamornya. Begitu pula jika orang ingin tahu apa tuah atau manfaat keris itu, yang pertama kali dilihat adalah pamornya. Itulah sebabnya, mengapa di kalangan pengge-mar keris timbul istilah ‘mem-baca pamor’ . Mereka meng-anggap bahwa tuah keris dapat dibaca dari pamornya.


Anggapan itu tidak bisa disalahkan. Soalnya, seandainya pamor itu termasuk jenis pamor tiban, gambaran yang muncul dianggap sebagai pratanda dari Tuhan mengenai isi dan tuah keris itu. Jadi, motif atau pola yang tergambar pada pamor itu dianggap sebagai petunjuk untuk memperkirakan balk buruknya keris itu, sekaligus juga memperkirakan tuah apa yang terkandung di dalamnya. Kalau motif pamor itu tergolong pamor rekan, pamor itu direka oleh sang empu sedemikian rupa se-hingga bentuk gambarannya sesuai dengan niat empu, yang dirupakan dalam doa atau mantera yang diucap-kannya.


Misalnya, jika sang empu menginginkan keris buatannya mempermudah si pemilik untuk mencari rezeki, is akan membuat pamor Udan Mas, Pancuran Mas, Tumpuk, atau Mrutu Sewu. Tetapi jika si empu ingin agar keris buatannya bisa menambah kewibawaan pemiliknya, empu itu akan membuat keris dengan pamor Naga Rangsang, Ri Wader, Raja Abala Raja, dan yang sejenis dengan itu. Gambaran motif pamor adalah perlambang ha-rapan sang empu, sekaligus juga harapan si pemilik keris, kira-kira sama halnya dengan gambaran rajah penolak bala. Atau mungkin serupa pula dengan gam-baran Patkwa yang oleh masyarakat keturunan Cina dipercayai memililci tuah sebagai penolak bala.


Mungkin mirip juga dengan kepercayaan sebagian orang Eropa yang menganggap bentuk ornamen ladam kuda (sepatu kuda) sebagai bentuk yang dianggap bisa me-ngusir setan dan roh jahat. Dalam budaya Jawa, mungkin juga dibilang bu-daya Indonesia, bentuk-bentuk tertentu membawa per-lambang maksud dan harapan tertentu pula. Bentuk bulatan lingkaran, garis lengkung, atau gambaran yang memberikan kesan lumer, kental, tidak kaku, melambangkan kadonyan atau kemakmuran du-niawi, kekayaan, rejeki, keberuntungan, pangkat, dan yang semacam dengan itu. Bentuk gambaran garis yang menyudut, segi, pa-tahan, seperti segi tiga, segi empat, dan yang serupa dengan itu, dianggap sebagai lambang harapan akan ketahanan atau daya tangkal terhadap godaan, gang-guan, serangan, baik secara fisik maupun nonfisik. Jika gambaran itu dirupakan dalam bentuk pamor, itu melambangkan harapan akan kesaktian dan kadigdayan. Bentuk garis lurus yang membuitir atau melintang, atau diagonal, dipercaya sebagai lambang harapan akan kemampuan untuk mengatasi atau menangkal segala sesuatu yang tidak diharapkan. Pamor serupa itu di-anggap dapat diharapkan kegunaannya untuk menolak bala, menangkal guna-guna dan gangguan makhluk halus, menghindarkan bahaya angin ribut dan badai, terhindar dari gangguan binatang buas dan binatang berbisa. Misalnya, pamor Adeg. Karena itulah, seorang empu sebenamya juga bisa dibilang seniman yang memahami bahaya perlambang, dan menggunakan gambaran pamor sebagai media komunikasi.


dapur keris adalah istilah yang digunakan masyarakat indonesia khususnya jawa yang mengacu pada bentuk ricikan pada bilah keris dan juga jenis tosan aji lain seperti tombak pedang dan lainnya. penentuan jenis dapu dari sebilah besi aji berdasarkan dari ricikan / bagian yang terdapat dalam bilah wesi aji tersebut


penggolongan jenis dapur keris dibedakan menjadi beberapa macam yaitu dhapur keris lurus, luk 3, luk 5, luk 7, luk 9, luk 11, luk 13, luk 15, luk 17, dan seterusnya dimana jumlah luk menurut pakem jawa selalu ganjil. beberapa nama ricikan yang terdapat pada bilah tosan aji antara lain pesi , ganja, buntut mimi, greneng, thingil , ri pandhan, ron dha, sraweyan, bungkul, pejetan, lambe gajah, gandik, kembang kacang, jalen, tikel alis, janur, sogokan, pudhak sategal, poyuhan, gusen, kruwingan, adha adha dan lain lain


sumber dari penamaan nya biasanya berdasarkan dari kitab literatur kuno yang berasal dari zaman kerajaan ratusan tahun yang lalu seperti serat centini dan juga dari peninggalan sastra jaman dahulu. dari pengalaman para pecinta keris terkadang ada juga jenis dapur keris langka yang belum diketahui namanya karena tidak terdapat dalam berbagai literatur manapun.


Dapur Keris luk 13 (tiga belas) adalah keris dengan lekuk sebanyak 13 buah, filosofi Angka 13 menurut tradisi budaya jawa sebenarnya mempunyai arti yang jelek, yaitu kesialan, usibah atau malapetaka. Pembuatan keris dengan luk 13 dimaksudkan untuk tujuan tuah energi kesaktian dan wibawa kekuasaan keris itu menjadi penangkal kesialan atau tolak bala. Keris dengan luk 13 (tigabelas) biasanya dibuat dengan maksud untuk kesaktian dan wibawa kekuasaan.


Contoh keris ber-luk 13 yang melegenda adalah keris Nagasasra yang bersifat penguasa, pengayom dan pelindung. Aura energi wibawa keris ini begitu kuat. Aura wibawanya meningkatkan kewibawaan pemiliknya agar disegani banyak orang dan wataknya sebagai pengayom dan pelindung akan selalu melindungi orang-orang yang berlindung kepadanya.


Keris Nagasasra dan Keris Sabuk Inten adalah sepasang keris yang menjadi lambang kebesaran kerajaan Majapahit. Dan ketika kerajaan Majapahit berakhir, pemerintahan berpindah ke kerajaan Demak, sepasang keris ini kemudian diboyong ke Demak dan dijadikan lambang kebesaran kerajaan Demak. Sayangnya, di Demak itu wahyu kerisnya tidak bekerja.


sepasang keris ini memiliki tuah kesaktian yang setingkat dan sifat karakter kedua bilah keris ini saling melengkapi. Pada era nya, banyak orang, terutama adalah para penguasa daerah, seperti kadipaten dan kabupaten, yang menginginkan memiliki keua pusaka tersebut, sehingga kemudian sepasang pusaka tersebut banyak dibuat keris-keris tiruannya, yaitu keris berdapur nagasasra (atau berdapur naga), dan keris-keris berdapur sabuk inten.


Beberapa di antara keris pusaka tiruan/duplikat sepasang keris tersebut, bilah hanya dibuat sebuah, tidak sepasang, banyak yang dibuat berdapur nagasasra tetapi ber luk 11, atau berdapur sabuk inten tetapi ber luk 13. Sengaja dibuat demikian oleh empunya dengan tujuan untuk menggambarkan bahwa keris yang hanya sebuah itu karakter gaibnya sama dengan perpaduan karakter sepasang keris nagasasra dan sabuk inten.


Dapur Keris luk 11 ( sebelas ) dalah jenis keris dengan jumlah luk sejumlah 11, filosofi Keris dengan luk 11, pada awalnya dibuat untuk meningkatkan kemapanan / pakem pembuatan keris pada jamannya, mengingat angka 11 tidak memiliki makna khusus dalam tradisi budaya jawa.


Keris dengan luk 11 biasanya mempunyai pembawaan yang sejuk/teduh, tidak angker, tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap merobek pertahanan perisai energi gaib lawan.


Salah satu Contoh keris dengan luk 11 adalah Keris Sabuk Inten yang terkenal sakti dan banyak dibuat tiruannya. Keris tersebut memiliki pembawaan yang teduh, tidak angker. Tetapi dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap menembus pertahanan perisai gaib lawan, apalagi bila ujung kerisnya diarahkan kepada seseorang.


Pada awalnya Keris Sabuk inten luk 11 memang membingungkan banyak orang karena tidak sesuai dengan kebiasaan / pakem keris yang umum. Selain karena jumlah luk-nya yang 11, keris itu juga berwarna hitam gelap, tidak mengkilat dan tidak berpamor (keleng). Namun karena kesaktiannya yang sangat tinggi, keris itu kemudian banyak dibuat turunannya / tiruannya (tetiron), yaitu yang disebut keris-keris berdapur sabuk inten.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar