Halaman

Rabu, 18 Desember 2019

Mengintip Ritual Grebeg Agung Keraton Kanoman Cirebon yang sangat unik

Mengintip Ritual Grebeg Agung Keraton Kanoman  Cirebon yang sangat unik


Keraton Kanoman adalah salah satu dari dua bangunan kesultanan Cirebon, setelah berdiri keraton Kanoman pada tahun 1678 M kesultanan Cirebon terdiri dari keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Kebesaran Islam di Jawa bagian barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Pada tahun 1855, Sultan Baharuddin memisahkan diri dari Keraton Pungkawati karena merasa berbeda pendapat atas siapa yang harusnya memimpin keraton Cirebon. Keraton Kanoman bagi saya memiliki arsitektur yang unik. Jika bangunan jaman dahulu di dominasi oleh bata merah, keraton Kanoman di dominasi oleh warna putih. Yang membuatnya lebih unik dan menarik lagi, terdapat tempelan piring-piring kecil yang masing masing berbeda motif. Konon piring-piring ini adalah warisan dari masa Tionghoa.

Pengertian Tradisi Grebeg Agung

Grebeg Agung adalah ritual yang dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa, karena yang telah memberikan limpahan nikmat dan karunia yang tak terhitung terhadap warga. Grebeg Agung Tuk Tempurung dijalankan oleh Cirebon, Jawa Barat Indonesia. Melalui ritual ini, warga diingatkan untuk senantiasa menjaga lingkungan karena akan berfaedah pada tanah agar tetap subur dan sumber air akan tetap bersih. Ritual ini secara tidak langsung juga memperkenalkan potensi Liyangan kepada masyarakat luas.
Dilaksanakan Tradisi Grebeg Agung

Hari Raya Iduladha, Kesultanan Kanoman Cirebon melakukan tradisi Grebeg Ageng, yang berlangsung di Komplek Makam Sunan Gunung Jati Cirebon,
Menurut Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Arimbi, prosesi Grebeg Ageng diawali dengan Salat Iduladha. Sebelum melakukan sholat, Pangeran Patih Raja Mochamad Qodiron mengganti baju dengan jubah kebesaran keraton sebagai tanda Keprabonan atau Keprabuan dan kepemimpinan, yang kemudian dilanjut menuju masjid agung Gunung Jati untuk melakukan sholat Idul Adha.
Usai melaksanakan Salat Iduladha, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran melanjutkan tradisi sungkeman, kemudian melakukan ziarah kubur ke makam para leluhur.
Ziarah kubur dimulai dari Makam Kanjeng Sunan Gunung Jati yang berdampingan dengan makam ibundanya Ratu Mas Rarasantang dan makam para leluhur yang selama ini dikenal sebagai tokoh Cirebon.
Selanjutnya Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran memasuki Kori Gapura alun-alun dan Kori Krapyak. Kedua kori tersebut, merupakan pintu gerbang dari pintu-pintu yang akan dilalui Gusti Sultan beserta segenap keluarga dan kerabat dekat, untuk memasuki pintu ke-8 dan pintu ke-9.
Lawang atau pintu-pintu tersebut setiap harinya tertutup untuk umum, dan khusus hanya bisa dilewati Gusti Sultan dan keluarga. Pintu-pintu itu hanya dibuka ketika acara Grebeg Syawal, Grebeg Ageng, dan pada saat Gusti Sultan atau keluarga berziarah.
Adapun urut-urutannya, dari kedua kori itu Sultan bersama rombongan memasuki Lawang Penganten, Lawang Beling, Lawang Dalem, Lawang Pasujudan, Lawang Pandan, lalu masuk Iawang Gapura Bentar, Lawang Kaca, lawang bacem lali ke jinem untuk melakukan tahlil, dzikir serta berdoa.
Dari Jinem, Sultan dan rombongan lalu menuju kompleks makam Mbah Kuwu dan berdo'a di sana, lalu keluar melewati lawang Bacem dan berdo'a lagi di komplek makam Sultan Kanoman yang pertama.
Dari sana turun menuju Iawang Kaca di komplek makam Sultan Komarudin, turun lagi menuju Wang Gapura bentar dan berdo’a di kompleks makam Sultan Mandurareja, keluar lagi lewat Lawang Pandan menuju kompleks Kadipaten dan berdo'a di makam Pangeran Pubaya.
Setelah itu, turun lagi menuju komplek makam Sultan Nurus dan berdo'a di sana, lalu menuju ke arah barat melewati lawang Mergu dan berdo'a di makam keluarga besar Kesultanan Kanoman.
Prosesi berikutnya, Gusti Sultan menuju Pesanggrahan Kanoman untuk jeda istirahat dan dipersilahkan mencicipi hidangan jamuan makan yang telah disiapkan oleh jeneng serta kraman Astana Gunung Jati.
Seusai jamuan makan, Gusti Sultan dengan keluarga secara simbolis melakukan tradisi curak (membagikan uang) kepada masyarakat yang ada di sekitar komplek pemakaman.
Beberapa saat setelah itu, rangkaian prosesi ritual ditutup Gusti Sultan, segenap keluarga serta kerabat dekat keraton menuju lawang Pasujudan untuk pamit pulang kembali ke Keraton Kanoman.

 Keluarga Keraton Kanoman Cirebon menggelar ritual Grebeg Agung, ritual tahunan yang selalu dilakukan saat Hari Raya Idul Adha.
Ritual Grebeg Agung dilaksanakan di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Rombongan keluarga Keraton Kanoman Cirebon itu melaksanakan salat Idul Adha di kompleks Makam Sunan Gunang Jati. Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Muhammad Qodiran memimpin rombongan keluarga keraton untuk melaksanakan ritual Grebeg Agung.

              Usai salat Idul Adha di kompleks tersebut, rombongan keraton melaksanakan tahlil dan ziarah ke makam para leluhur, seperti Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana, Putri Ong Tien, dan lainnya. Ritual Grebeg Agung kemudian ditutup dengan curak atau saweran yang dilakukan keluarga keraton ke masyarakat sekitar kompleks Makam Sunan Gunung Jati.   "Ini sudah berabad-abad dilakukan Keraton Kanoman Cirebon. Prosesi ini ditasbihkan dalam bentuk pengakuan terhadap silsilah para leluhur, isinya tentang doa untuk para raja atau pendahulu yang telah wafat," kata Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina 


            Dalam ritual itu, lanjut Arimbi, Pangeran Raja Muhammad Qodiran yang mewakili Sultan Kanoman Cirebon Raja Muhammad Emirudin mengenakan jubah berwarna kuning keemasan yang merupakan jubah kebesaran Keraton Kanoman Cirebon. Qodiran melaksanakan salat Idul Adha bersama para rombongan keraton. "Keluarga keraton lainnya yang tidak ikut Grebeg Agung melaksanakan pemotongan hewan kurban di lingkungan keraton. Intinya, Grebeg Agung sebagai luapan rasa syukur terhadap pencipta. Prosesi ini harus dijadikan sebagai media silaturahmi," kata Arimbi.


Tata Cara Ritual Tradisi Grebeg Agung

1.  Kirab budaya yang diikuti oleh berbagai kelompok kesenian tradisional, dilakukan oleh warga Cirebonyang dipimpin oleh kepala Desa Purbosari dengan mengusung sebuah gunungan berisi hasil bumi dan pertanian setempat.
2.   pengambilan air kemudian dimasukkan kedalam gentong besar diletakkan tepat di area utama plataran yang tersusun dari bebatuan. Pengambilan air Sementara itu di area utama plataran terdapat 4 gadis penari dengan mengenakan pakaian empat warna bersilang mengitari gentong. empat warna ini yaitu merah yang mewakili sifat amarah, hitam merupakan aluama atau kerasukan nafsu, kuning merupakan supiah lambang keromantisan dan putih perlambang mutmainah atau kebaikan. keempat penari menari Ritual Mustiko Tirto.
3.   Air dalam gentong diambil menggunakan siwur, lalu sesepuh desa membaca doa.
4.  menyiram air pada bangunan candi sebagai penanda warga untuk menjaga sumber air dan kesuburan.
5.  Gunungan yang telah disediakan menjadi rebutan orang. Proses ini dipercaya oleh warga sekitar bahwa hasil bumi, berupa sayur, buah, padi, bahkan telah di tanak menjadi nasi itu bertuah. Hasil bumi akan digunakan sebagai benih musim tanam selanjutnya usai para petani menanam tembakau.

1 komentar: