Mengintip Ritual Grebeg Agung Keraton Kanoman Cirebon yang sangat unik
Keraton Kanoman adalah salah satu dari dua bangunan kesultanan Cirebon, setelah berdiri keraton Kanoman pada tahun 1678 M kesultanan Cirebon terdiri dari keraton Kasepuhan dan keraton
Kanoman. Kebesaran Islam di Jawa
bagian barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang
yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga
berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau
Sunan Gunung Jati.
Pada tahun 1855,
Sultan Baharuddin memisahkan diri dari Keraton Pungkawati karena merasa berbeda
pendapat atas siapa yang harusnya memimpin keraton Cirebon. Keraton Kanoman
bagi saya memiliki arsitektur yang unik. Jika bangunan jaman dahulu di dominasi
oleh bata merah, keraton Kanoman di dominasi oleh warna putih. Yang membuatnya
lebih unik dan menarik lagi, terdapat tempelan piring-piring kecil yang masing
masing berbeda motif. Konon piring-piring ini adalah warisan dari masa Tionghoa.
Pengertian
Tradisi Grebeg Agung
Grebeg Agung adalah ritual yang
dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa, karena yang
telah memberikan limpahan nikmat dan karunia yang tak terhitung terhadap warga.
Grebeg Agung Tuk Tempurung dijalankan oleh Cirebon, Jawa Barat Indonesia.
Melalui ritual ini, warga diingatkan untuk senantiasa menjaga lingkungan karena
akan berfaedah pada tanah agar tetap subur dan sumber air akan tetap bersih.
Ritual ini secara tidak langsung juga memperkenalkan potensi Liyangan kepada
masyarakat luas.
Dilaksanakan
Tradisi Grebeg Agung
Hari Raya Iduladha, Kesultanan Kanoman Cirebon melakukan tradisi
Grebeg Ageng, yang berlangsung di Komplek Makam Sunan Gunung Jati Cirebon,
Menurut Juru Bicara
Keraton Kanoman Ratu Arimbi, prosesi Grebeg Ageng diawali dengan Salat
Iduladha. Sebelum melakukan sholat, Pangeran Patih Raja Mochamad Qodiron
mengganti baju dengan jubah kebesaran keraton sebagai tanda Keprabonan atau
Keprabuan dan kepemimpinan, yang kemudian dilanjut menuju masjid agung Gunung
Jati untuk melakukan sholat Idul Adha.
Usai melaksanakan Salat Iduladha, Pangeran Patih Raja Muhammad
Qodiran melanjutkan tradisi sungkeman, kemudian melakukan ziarah kubur ke makam
para leluhur.
Ziarah kubur dimulai
dari Makam Kanjeng Sunan Gunung Jati yang berdampingan dengan makam ibundanya
Ratu Mas Rarasantang dan makam para leluhur yang selama ini dikenal sebagai
tokoh Cirebon.
Selanjutnya Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran memasuki Kori
Gapura alun-alun dan Kori Krapyak. Kedua kori tersebut, merupakan pintu gerbang
dari pintu-pintu yang akan dilalui Gusti Sultan beserta segenap keluarga dan
kerabat dekat, untuk memasuki pintu ke-8 dan pintu ke-9.
Lawang atau pintu-pintu
tersebut setiap harinya tertutup untuk umum, dan khusus hanya bisa dilewati
Gusti Sultan dan keluarga. Pintu-pintu itu hanya dibuka ketika acara Grebeg
Syawal, Grebeg Ageng, dan pada saat Gusti Sultan atau keluarga berziarah.
Adapun urut-urutannya, dari kedua kori itu Sultan bersama
rombongan memasuki Lawang Penganten, Lawang Beling, Lawang Dalem, Lawang
Pasujudan, Lawang Pandan, lalu masuk Iawang Gapura Bentar, Lawang Kaca, lawang
bacem lali ke jinem untuk melakukan tahlil, dzikir serta berdoa.
Dari Jinem, Sultan dan
rombongan lalu menuju kompleks makam Mbah Kuwu dan berdo'a di sana, lalu keluar
melewati lawang Bacem dan berdo'a lagi di komplek makam Sultan Kanoman yang
pertama.
Dari sana turun menuju
Iawang Kaca di komplek makam Sultan Komarudin, turun lagi menuju Wang Gapura
bentar dan berdo’a di kompleks makam Sultan Mandurareja, keluar lagi lewat
Lawang Pandan menuju kompleks Kadipaten dan berdo'a di makam Pangeran Pubaya.
Setelah itu, turun lagi
menuju komplek makam Sultan Nurus dan berdo'a di sana, lalu menuju ke arah
barat melewati lawang Mergu dan berdo'a di makam keluarga besar Kesultanan
Kanoman.
Prosesi berikutnya, Gusti Sultan menuju Pesanggrahan Kanoman untuk
jeda istirahat dan dipersilahkan mencicipi hidangan jamuan makan yang telah
disiapkan oleh jeneng serta kraman Astana Gunung Jati.
Seusai jamuan makan,
Gusti Sultan dengan keluarga secara simbolis melakukan tradisi curak
(membagikan uang) kepada masyarakat yang ada di sekitar komplek pemakaman.
Beberapa saat setelah
itu, rangkaian prosesi ritual ditutup Gusti Sultan, segenap keluarga serta
kerabat dekat keraton menuju lawang Pasujudan untuk pamit pulang kembali ke
Keraton Kanoman.
Keluarga
Keraton Kanoman Cirebon menggelar ritual Grebeg Agung, ritual tahunan yang
selalu dilakukan saat Hari Raya Idul Adha.
Ritual Grebeg Agung dilaksanakan di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Rombongan keluarga Keraton Kanoman Cirebon itu melaksanakan salat Idul Adha di kompleks Makam Sunan Gunang Jati. Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Muhammad Qodiran memimpin rombongan keluarga keraton untuk melaksanakan ritual Grebeg Agung.
Usai salat Idul Adha di kompleks tersebut, rombongan keraton melaksanakan tahlil dan ziarah ke makam para leluhur, seperti Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana, Putri Ong Tien, dan lainnya. Ritual Grebeg Agung kemudian ditutup dengan curak atau saweran yang dilakukan keluarga keraton ke masyarakat sekitar kompleks Makam Sunan Gunung Jati. "Ini sudah berabad-abad dilakukan Keraton Kanoman Cirebon. Prosesi ini ditasbihkan dalam bentuk pengakuan terhadap silsilah para leluhur, isinya tentang doa untuk para raja atau pendahulu yang telah wafat," kata Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina
Ritual Grebeg Agung dilaksanakan di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Rombongan keluarga Keraton Kanoman Cirebon itu melaksanakan salat Idul Adha di kompleks Makam Sunan Gunang Jati. Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Muhammad Qodiran memimpin rombongan keluarga keraton untuk melaksanakan ritual Grebeg Agung.
Usai salat Idul Adha di kompleks tersebut, rombongan keraton melaksanakan tahlil dan ziarah ke makam para leluhur, seperti Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana, Putri Ong Tien, dan lainnya. Ritual Grebeg Agung kemudian ditutup dengan curak atau saweran yang dilakukan keluarga keraton ke masyarakat sekitar kompleks Makam Sunan Gunung Jati. "Ini sudah berabad-abad dilakukan Keraton Kanoman Cirebon. Prosesi ini ditasbihkan dalam bentuk pengakuan terhadap silsilah para leluhur, isinya tentang doa untuk para raja atau pendahulu yang telah wafat," kata Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina
Dalam ritual itu, lanjut Arimbi, Pangeran Raja Muhammad Qodiran yang mewakili Sultan Kanoman Cirebon Raja Muhammad Emirudin mengenakan jubah berwarna kuning keemasan yang merupakan jubah kebesaran Keraton Kanoman Cirebon. Qodiran melaksanakan salat Idul Adha bersama para rombongan keraton. "Keluarga keraton lainnya yang tidak ikut Grebeg Agung melaksanakan pemotongan hewan kurban di lingkungan keraton. Intinya, Grebeg Agung sebagai luapan rasa syukur terhadap pencipta. Prosesi ini harus dijadikan sebagai media silaturahmi," kata Arimbi.
Tata Cara Ritual Tradisi Grebeg Agung
1. Kirab budaya yang diikuti oleh berbagai kelompok kesenian
tradisional, dilakukan oleh warga Cirebonyang dipimpin oleh kepala Desa
Purbosari dengan mengusung sebuah gunungan berisi hasil bumi dan pertanian
setempat.
2. pengambilan air kemudian dimasukkan kedalam gentong besar
diletakkan tepat di area utama plataran yang tersusun dari bebatuan.
Pengambilan air Sementara itu di area utama plataran terdapat 4 gadis penari
dengan mengenakan pakaian empat warna bersilang mengitari gentong. empat warna
ini yaitu merah yang mewakili sifat amarah, hitam merupakan aluama atau
kerasukan nafsu, kuning merupakan supiah lambang keromantisan dan putih
perlambang mutmainah atau kebaikan. keempat penari menari Ritual Mustiko Tirto.
3. Air dalam gentong diambil menggunakan siwur, lalu sesepuh desa
membaca doa.
4. menyiram air pada bangunan candi sebagai penanda warga untuk
menjaga sumber air dan kesuburan.
5. Gunungan yang telah disediakan menjadi rebutan orang. Proses ini
dipercaya oleh warga sekitar bahwa hasil bumi, berupa sayur, buah, padi, bahkan
telah di tanak menjadi nasi itu bertuah. Hasil bumi akan digunakan sebagai
benih musim tanam selanjutnya usai para petani menanam tembakau.
Bermanfaat👍
BalasHapus