Halaman

Minggu, 26 Januari 2020

Mengenal Lebih Dekat Adat Istiadat Arak-arakan Maulid Nabi Keraton Kanoman






Kota Cirebon sesungguhnya bukan kota persinggahan semata. Di kota yang dijuluki “Kota Udang” ini tersimpan keunikan serta keindahaan yang tersebar di sejumlah sudut kota. Kota ini pun makin menarik karena menggambarkan percampuran dua budaya, yakni Jawa Barat dan Jawa Tengah. Cirebon dikenal sebagai kota yang punya banyak keraton, selain beragam kuliner tentunya. Selama ini Cirebon lebih dikenal sebagai kota persinggahan semata bagi mereka yang hendak melintas dari timur ke barat Jawa atau sebaliknya, terlebih pada masa liburan Hari Raya Idul Fitri atau masa liburan sekolah. Kota yang terletak di pesisir pantai utara Jawa ini pun menjadi salah satu kota tersibuk di tanah air, dalam melayani warga yang ingin mudik sekaligus berlibur dari Jakarta maupun kota lainnya.


                Pada tahun 1855, Sultan Baharuddin memisahkan diri dari Keraton Pungkawati karena merasa berbeda pendapat atas siapa yang harusnya memimpin keraton Cirebon. Keraton Kanoman bagi saya memiliki arsitektur yang unik. Jika bangunan jaman dahulu di dominasi oleh bata merah, keraton Kanoman di dominasi oleh warna putih. Yang membuatnya lebih unik dan menarik lagi, terdapat tempelan piring-piring kecil yang masing masing berbeda motif. Konon piring-piring ini adalah warisan dari masa Tionghoa.


          Muludan merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan /menyuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah ”Panjang Jimat”. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 8-12 Mulud. Sedangkan pusat kegiatannya berada di sekitar Kraton Kasepuhan.

           Menjelang hari perayaan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal, (atau kalau dalam penanggalan Jawa jatuh pada bulan Mulud) di kota Cirebon biasa diadakan festival rakyat yang biasa disebut Muludan. Sebulan sebelumnya di alun-alun keraton Kasepuhan dan Kanoman dibuat lapak-lapak tempat orang berjualan pakaian, mainan dan makanan, menyediakan jasa ramal, menyediakan arena permainan anak, dll. Sama dengan acara Sekatenan yang biasa diadakan di Yogya dan Solo. Beberapa mainan tradisional masih dijajakan disini, mencoba bertahan dari gempuran teknologi di era Playstation, Game PC dan Game Online. Ada kapal "klothok" yang terbuat dari seng, dan untuk menjalankannya dipakai bahan bakar minyak tanah, mainan masak-masakan dari anyaman bambu, seng atau gerabah, atau topeng, boneka bouraq dan beberapa karakter wayang golek. Selain itu jajanan khas Cirebon tentunya juga banyak tersedia disini, hanya saja, dimusim Muludan seperti ini, biasanya mereka memasang harga sedikit lebih mahal dari biasanya. 
           Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Seperti halnya keraton-keraton lain yang ada di pulau Jawa, tiga Keraton, yaitu Kasepuhan , Kanoman, Kacirebonan pada tepat tgl 12 Mulud pun diadakan prosesi Grebeg Mulud yaitu acara Panjang Jimat. Suasana panjang jimat sendiri adalah menceritakan proses Nabi Muhamad semenjak masih dalam kandungan hingga kelahirannya yang di ceritakan lewat simbol-simbol.
Prosesi Panjang Djimat sendiri baru dimulai pada jam 9 malam yang diawali dari Keraton yang nantinya diiringi iring-ringan yang membawa Panjang Djimat dan beberapa pusaka dari Bangsal Agung Panembahan ke Langgar Agung. Di langgar agung sebelum rombongan iring-iringan yang membawa Panjang Jimat kembali ke Bangsal Agung, terlebih dahulu diadakan acara pembagian sega rosul untuk masyarakat yang konon mengandung barokah. Sega rosul sendiri diyakini masyarakat sebagai sega (nasi) yang mengandung barokah karena bahan bakunya dihasilkan dengan cara alami yaitu dari gabah disisil (membuka kulit gabah dengan menggunakan tangan dan mulut) oleh perawan sunti.
Panjang Djimat sendiri berupa piring lodor besar buatan china yang berdekorasi Kalimat Syahadat bertulisakan huruf Arab yang diyakini dibawa langsung oleh Sunan Gunung Djati. Sebanarnya acara panjang djimat ini sendiri hanya mengingatkan kita bahwa Panjang Djimat berarti; Panjang berarti dawa (panjang) tak berujung, Djimat berarti Si (ji) kang diru (mat). Artinya tulisan Syahadat yang tertulis di piring tersebut supaya selalu kita pegang selamanya sebagai umat muslim hingga akhir hayat.

Peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang biasa disebut dengan Bulan Mulud yang jatuh tepat pada, Jumat (1/12) malam tadi, Keraton Kanoman yang merupakan salah satu keraton di Kota Cirebon turut merayakan peringatan bulan mulud dengan menggelar kegiatan adat istiadat berupa Panjang Jimat di Bangsal Prabayaksa, Keraton Kanoman.Kegiatan panjang jimat ini dihadiri langsung oleh Walikota Cirebon, Drs. Nasrudin Azis, SH yang didampingi oleh Jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Cirebon. Dikatakan Azis usai menghadiri kegiatan prosesi panjang jimat tersebut, dirinya mengatakan kegiatan panjang jimat ini merupakan kegiatan yang rutin di gelar di berbagai Keraton di Kota Cirebon salah satunya, Keraton Kanoman. Sehingga kata Azis, dirinya berharap adanya tradisi ini harus bisa dijaga dengan baik dan dapat dilaksanakan secara turun temurun oleh keluarga para raja di Keraton.
“Perlu kita ketahui bahwa ternyata kegiatan seperti ini sudah berjalan kurang lebih 500 tahun dan hal ini sangatlah luar biasa. Dan kegiatan ini harus bisa dijalankan secara turun menurun karna ini merupakan ciri khas budaya dari keraton tersebut, “ Tutur Wali Kota Cirebon.
Selain itu juga Azis berpesan dengan adanya peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW ini masyarakat Kota Cirebon dapat meniru suri taulan Nabi Muhammad SAW. Sementara menurut Hj. Ratu Raja Arimbi Nurtina, S.T. selaku adik dari Sultan Kanoman XII yaitu Kanjeng Gusti Sultan Raja Mohammad Emirudin mengungkapkan rasa syukurnya karena seluruh keluarga Keraton Kanoman dapat kembali melaksanakan tradisi ritual yaitu muludan sebagai salah satu bentuk penghormatan dan pengagungan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
“Alhamdulillah pada malam hari ini kami keluarga Keraton Kanoman dapat melaksanakan tradisi rutin dalam peringatan hari lahirnya nabi besar Muhammad SAW. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan pengagungan kami kepada Nabi Muhammad SAW,” Tuturnya.
Arimbi juga menjelaskan bahwa tradisi ritual muludan ini adalah bagaimana kita menghormati junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat islam sedunia yang telah meninggalkan jejak perjuangan kekhalifahan umat manusia yang tiada henti-hentinya. peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini juga telah berlangsung kurang lebih selama 500 tahun di Keraton Kanoman ini.
“ Kami keluarga Keraton Kanoman melalui ritual yang digagas Kanjeng Sinuhun Syekh Maulana Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati dengan prosesi panjang jimat hanya sebagai simbol kultural yang menegaskan makna kelahiran Nabi dan simbol-simbol ajaran Islam yang hendak disiarkan. Salah satu yang kami kerjakan pada saat itu adalah hanya merawat pusaka pusaka yang ditinggalkan oleh leluhur kami, pendahulu kita semua. Sebab, diantaranya kalau tidak dibersihkan minimal satu tahun satu kali maka benda benda tersebut boleh dikatakan akan kurang terawat. “ Imbuhnya.
Perlu diketahui Prosesi “Panjang Jimat” ini merupakan puncak rangkaian yang telah digelar selama enam hari oleh keluarga Kesultanan Kanoman. Prosesi ini akan dimulai nanti, tepat pada pukul 21.00 dengan ditandai rombongan yang membawa bendera Pusaka dan benda-benda pusaka lainnya yang dipimpin oleh Patih Raja Mohamad Qadiran.Rombongan iring-iringan “Panjang Jimat” ini akan berjalan menuju Masjid Agung Keraton Kanoman untuk kemudian setelah tiba di Masjid Agung, akan dibacakan Kitab Barjanji

Sumber: 
1.https://radarcirebon.com/keraton-kacirebonan-punya-tradisi-dan-makanan-khas.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar