Kota Cirebon sesungguhnya bukan kota persinggahan semata. Di
kota yang dijuluki “Kota Udang” ini tersimpan keunikan serta keindahaan yang
tersebar di sejumlah sudut kota. Kota ini pun makin menarik karena
menggambarkan percampuran dua budaya, yakni Jawa Barat dan Jawa Tengah. Cirebon
dikenal sebagai kota yang punya banyak keraton, selain beragam kuliner
tentunya. Selama ini Cirebon lebih dikenal sebagai kota persinggahan semata
bagi mereka yang hendak melintas dari timur ke barat Jawa atau sebaliknya,
terlebih pada masa liburan Hari Raya Idul Fitri atau masa liburan sekolah. Kota
yang terletak di pesisir pantai utara Jawa ini pun menjadi salah satu kota
tersibuk di tanah air, dalam melayani warga yang ingin mudik sekaligus berlibur
dari Jakarta maupun kota lainnya.
Pada tahun 1855, Sultan Baharuddin memisahkan diri dari Keraton Pungkawati karena merasa berbeda pendapat atas siapa yang harusnya memimpin keraton Cirebon. Keraton Kanoman bagi saya memiliki arsitektur yang unik. Jika bangunan jaman dahulu di dominasi oleh bata merah, keraton Kanoman di dominasi oleh warna putih. Yang membuatnya lebih unik dan menarik lagi, terdapat tempelan piring-piring kecil yang masing masing berbeda motif. Konon piring-piring ini adalah warisan dari masa Tionghoa.
Muludan merupakan upacara adat yang dilaksanakan
setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Kegiatan ini bertujuan
untuk membersihkan /menyuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah ”Panjang
Jimat”. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 8-12 Mulud. Sedangkan pusat
kegiatannya berada di sekitar Kraton Kasepuhan.
Menjelang
hari perayaan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, yang jatuh setiap tanggal 12
Rabiul Awal, (atau kalau dalam penanggalan Jawa jatuh pada bulan Mulud) di kota
Cirebon biasa diadakan festival rakyat yang biasa disebut Muludan. Sebulan
sebelumnya di alun-alun keraton Kasepuhan dan Kanoman dibuat lapak-lapak tempat
orang berjualan pakaian, mainan dan makanan, menyediakan jasa ramal,
menyediakan arena permainan anak, dll. Sama dengan acara Sekatenan yang biasa
diadakan di Yogya dan Solo. Beberapa mainan tradisional masih dijajakan disini,
mencoba bertahan dari gempuran teknologi di era Playstation, Game PC dan Game
Online. Ada kapal "klothok" yang terbuat dari seng, dan untuk
menjalankannya dipakai bahan bakar minyak tanah, mainan masak-masakan dari
anyaman bambu, seng atau gerabah, atau topeng, boneka bouraq dan beberapa
karakter wayang golek. Selain itu jajanan khas Cirebon tentunya juga banyak
tersedia disini, hanya saja, dimusim Muludan seperti ini, biasanya mereka
memasang harga sedikit lebih mahal dari biasanya.
Oleh-oleh
Khas Cirebon MAMI - Seperti halnya keraton-keraton lain yang ada di pulau
Jawa, tiga Keraton, yaitu Kasepuhan , Kanoman, Kacirebonan pada tepat tgl 12
Mulud pun diadakan prosesi Grebeg Mulud yaitu acara Panjang Jimat. Suasana
panjang jimat sendiri adalah menceritakan proses Nabi Muhamad semenjak masih
dalam kandungan hingga kelahirannya yang di ceritakan lewat simbol-simbol.
Prosesi
Panjang Djimat sendiri baru dimulai pada jam 9 malam yang diawali dari Keraton
yang nantinya diiringi iring-ringan yang membawa Panjang Djimat dan beberapa
pusaka dari Bangsal Agung Panembahan ke Langgar Agung. Di langgar agung sebelum
rombongan iring-iringan yang membawa Panjang Jimat kembali ke Bangsal Agung,
terlebih dahulu diadakan acara pembagian sega rosul untuk masyarakat yang konon
mengandung barokah. Sega rosul sendiri diyakini masyarakat sebagai sega (nasi)
yang mengandung barokah karena bahan bakunya dihasilkan dengan cara alami yaitu
dari gabah disisil (membuka kulit gabah dengan menggunakan tangan dan mulut)
oleh perawan sunti.
Panjang
Djimat sendiri berupa piring lodor besar buatan china yang berdekorasi Kalimat
Syahadat bertulisakan huruf Arab yang diyakini dibawa langsung oleh Sunan
Gunung Djati. Sebanarnya acara panjang djimat ini sendiri hanya mengingatkan
kita bahwa Panjang Djimat berarti; Panjang berarti dawa (panjang) tak berujung,
Djimat berarti Si (ji) kang diru (mat). Artinya tulisan Syahadat yang tertulis
di piring tersebut supaya selalu kita pegang selamanya sebagai umat muslim
hingga akhir hayat.
Peringatan hari Maulid Nabi Muhammad
SAW atau yang biasa disebut dengan Bulan Mulud yang jatuh tepat pada, Jumat
(1/12) malam tadi, Keraton Kanoman yang merupakan salah satu keraton di Kota
Cirebon turut merayakan peringatan bulan mulud dengan menggelar kegiatan adat
istiadat berupa Panjang Jimat di Bangsal Prabayaksa, Keraton Kanoman.Kegiatan
panjang jimat ini dihadiri langsung oleh Walikota Cirebon, Drs. Nasrudin Azis,
SH yang didampingi oleh Jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda)
Kota Cirebon. Dikatakan Azis usai menghadiri kegiatan prosesi panjang jimat
tersebut, dirinya mengatakan kegiatan panjang jimat ini merupakan kegiatan yang
rutin di gelar di berbagai Keraton di Kota Cirebon salah satunya, Keraton
Kanoman. Sehingga kata Azis, dirinya berharap adanya tradisi ini harus bisa
dijaga dengan baik dan dapat dilaksanakan secara turun temurun oleh keluarga
para raja di Keraton.
“Perlu
kita ketahui bahwa ternyata kegiatan seperti ini sudah berjalan kurang lebih
500 tahun dan hal ini sangatlah luar biasa. Dan kegiatan ini harus bisa
dijalankan secara turun menurun karna ini merupakan ciri khas budaya dari
keraton tersebut, “ Tutur Wali Kota Cirebon.
Selain itu juga Azis berpesan dengan
adanya peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW ini masyarakat Kota Cirebon
dapat meniru suri taulan Nabi Muhammad SAW. Sementara menurut Hj. Ratu Raja
Arimbi Nurtina, S.T. selaku adik dari Sultan Kanoman XII yaitu Kanjeng Gusti
Sultan Raja Mohammad Emirudin mengungkapkan rasa syukurnya karena seluruh
keluarga Keraton Kanoman dapat kembali melaksanakan tradisi ritual yaitu
muludan sebagai salah satu bentuk penghormatan dan pengagungan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
“Alhamdulillah pada malam hari ini
kami keluarga Keraton Kanoman dapat melaksanakan tradisi rutin dalam peringatan
hari lahirnya nabi besar Muhammad SAW. Tradisi ini merupakan bentuk
penghormatan dan pengagungan kami kepada Nabi Muhammad SAW,” Tuturnya.
Arimbi juga menjelaskan bahwa
tradisi ritual muludan ini adalah bagaimana kita menghormati junjungan Nabi
Muhammad SAW sebagai pemimpin umat islam sedunia yang telah meninggalkan jejak
perjuangan kekhalifahan umat manusia yang tiada henti-hentinya. peringatan hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW ini juga telah berlangsung kurang lebih selama 500
tahun di Keraton Kanoman ini.
“ Kami keluarga Keraton Kanoman
melalui ritual yang digagas Kanjeng Sinuhun Syekh Maulana Syarif Hidayatullah
atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati dengan prosesi panjang jimat
hanya sebagai simbol kultural yang menegaskan makna kelahiran Nabi dan
simbol-simbol ajaran Islam yang hendak disiarkan. Salah satu yang kami kerjakan
pada saat itu adalah hanya merawat pusaka pusaka yang ditinggalkan oleh leluhur
kami, pendahulu kita semua. Sebab, diantaranya kalau tidak dibersihkan minimal
satu tahun satu kali maka benda benda tersebut boleh dikatakan akan kurang
terawat. “ Imbuhnya.
Perlu diketahui Prosesi “Panjang
Jimat” ini merupakan puncak rangkaian yang telah digelar selama enam hari oleh
keluarga Kesultanan Kanoman. Prosesi ini akan dimulai nanti, tepat pada pukul
21.00 dengan ditandai rombongan yang membawa bendera Pusaka dan benda-benda
pusaka lainnya yang dipimpin oleh Patih Raja Mohamad Qadiran.Rombongan
iring-iringan “Panjang Jimat” ini akan berjalan menuju Masjid Agung Keraton
Kanoman untuk kemudian setelah tiba di Masjid Agung, akan dibacakan Kitab
Barjanji
Sumber:
1.https://radarcirebon.com/keraton-kacirebonan-punya-tradisi-dan-makanan-khas.html
Sumber:
1.https://radarcirebon.com/keraton-kacirebonan-punya-tradisi-dan-makanan-khas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar