Halaman

Minggu, 26 Januari 2020

Filosofi di balik bangunan Tempat Penobatan Raja





Sebuah wilayah yang dapat dihasilkan dari pembagian kesultanan Cirebon pada tiga putranya setelah kematiannya. Kraton Kanoman memiliki jarak 600 m.
Pangeran Girilaya atau dapat dikenal sebagai Panembahan Ratu pakungwati II. Diatur pada 1666 Kesultanan Kanoman, yang berfokus pada Istana Kanoman.
Apa itu Keraton Kanoman ?
Keraton Kanoman merupakan salah satu dalam dua sebuah bangunan Siren Cirebon. Setelah pembangunan Istana Kanoman dalam tahun 1678, Siren Cirebon terdiri atas adanya sebuah Istana Kasepuhan dan Istana Kanoman. Ukuran Islam di Jawa Barat terkait erat dengan Cirebon.
Sunan Gunung Jati merupakan termasuk orang yang dapat bertanggung jawab adanya sebuah penyebaran Islam di Jawa Barat, hingga pidato Cirebon tidak dapat lepas dari sosok Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
Istana Kanoman didirikan dengan seorang Pangeran Kertawijaya atau Pangeran Mohamad Badridin, yang dapat menahan Sultan Anom I sekitar tahun 1678. Sunan Gunung Jati di desa Astana, Cirebon Utara. Peninggalan yang bersejarah di Istana Kanoman terkait erat dengan penyebaran agama Islam, yang Sunan Gunung Jati, juga dikenal sebagai Syarif Hidayatullah, secara aktif berpraktek.
Kompleks Istana Kanoman yang telah mencakup area sekitar 6 hektar. Dalam Kraton ini hidup Sultan kedua belas bernama Raja Muhammad Emiruddin bersama keluarganya. Istana Kanoman adalah sebuah kompleks besar bangunan tua. Salah satunya adalah pondok bernama cikal bakal istana, Witana Ward, yang luasnya hampir 5 kali dalam seluas lapangan sepak bola.

Sejarah Kesultanan Kanoman

Kesultanan Kanoman secara resmi didirikan dalam tahun yang sama dengan Kesultanan Kasepuhan pada 1679 dengan adanya pemimpin yang pertamanya, yakni yang bernama Sultan Anom I.

Dalam tahun 1677, para pangeran yang ditangkap oleh Mataram diselamatkan dari Kesultanan Cirebon dari Kesultanan Banten dengan bantuan Trunojoyo, setelah Pangeran Nasiruddin, yang pada saat itu menjabat sebagai Sultan Cirebon, oleh Sultan dari Agen Tirtan untuk meminta bantuan dari Sultan Banten untuk menyelamatkan saudaranya, yang dipenjara oleh Mataram.
Pada saat itu, Banten, yang berperang dengan Belanda, dibebani tugas menghindari kekacauan luas di keluarga besar kesultanan Cirebon, yang sebenarnya telah terpecah sebelumnya dengan menentukan dalam ahli waris takhta terhadap kesultanan Cirebon.
Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa merupakan berasal dari sebuah Kesultanan Banten yang memutuskan sebagai menunjuk Syamsuddin (Martawijaya) menjadi Sultan Sepuh, Badruddin (Kartawijaya) untuk Sultan Anom dan Nasiruddin (Wangsakerta) ke Panembahan Cirebon, yang dapat memerintah sastra dan pendidikan di Cirebon, khususnya para bangsawan.
Konfirmasi dalam ketiganya untuk penguasa Cirebon kemudian terjadi di Istana Pakungwati (sekarang bagian dari Kompleks Istana Kasepuhan) pada tahun 1679, akan tetapi ternyata terjadinya sebuah masalah internal keluarga besar tidak terselesaikan, kemudian dieksploitasi terhadap Belanda Dalam perang dengan Kesultanan Banten, yakni sebagai mengirim dalam pasukan mereka ke Pakungwati, serang Cirebon.

Bangunan Keraton Kanoman Cirebon

Dalam sebuah bangunan Istana Kanoman yang menghadap ke bagian utara. Di luar bangunan Keraton adalah sebuah bangunan bergaya Bali yang dapat disebut dengan Balai Maguntur yang berasal batu merah. Bangunan ini dapat digunakan untuk sebuah tempat tinggal ketika sultan memberikan pidato atau menghadiri upacara, misalnya pada apel tentara atau menonton Pelabuhan Gamelan Sekaten.

Keraton Kanoman adalah salah satu tonggak sejarah kota Cirebon dan tonggak berkembangnya agama Islam di Cirebon dan Jawa Barat. Kalau Anda mengunjungi keraton ini jangan terkejut karena luas Keraton Kanoman sebesar 6 hektar.

Padahal lokasinya tersembunyi tepatnya dibelakang Pasar Kanoman. Sehingga anda harus melewati pasar untuk menemukan tempat bersejarah ini. Di keraton ini juga Anda akan menemukan peninggalan sejarah dan kisah mendalam dari si pemandu wisata yang sudah menunggu Anda di pintu masuk keraton.
Dalam pantauan Bisnis, desain arsitektur keraton ini memang terkesan mistik. Ada unsur tua yang terlihat dari dinding-dinding keraton yang mengelupas. Pemandu wisata menceritakan bahwa keraton ini merupakan pusat peradaban Kesultanan Cirebon. Namun karena ada perpecahan pada keluarga keraton, alhasil terpecahlah keraton menjadi Keraton Kasepuhan, Keraton Kecirebonan, dan Keraton Keprabon.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis, Keraton Kanoman didirikan pada 1510 Saka atau 1588 Masehi. 
Ada pun pendiri keraton ini adalah Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya yang bergelar Sultan Anom I. Sultan Anom tercatat sebagai keturunan ketujuh dari Syarif Hidayatullah, atau Sunan Gunung Jati merupakan sunan yang menyebarkan agama Islam di Cirebon.
Keraton Kanoman pun menyimpan jejak Sunan Gunung Jati memulai menyebarkan agama Islam di wilayah ini. Sejumlah bangunan dan perabotan tersimpan di keraton ini adalah alat syiar Sunan Gunung Jati. Maklum saja, Sunan Gunung Jati memerintah di Kesultanan Cirebon pada 1479 – 1568. 
Kesultanan Kanoman didirikan atas keinginan Sultan Banten Ki Ageung Tirtayasa yang menobatkan dua orang pangeran dari Putra Panembahan Adining Kusuma dari Kerajaan Mataram untuk memerintah di dua kesultanan.
Keraton Kanoman sampat saat ini masih taat memegang adat-istiadat pepakem. Di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal yaitu seminggu setelah Idul Fitri ziarah ke makam leluhur dan nakam Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.
Keramik di dinding-dinding Keraton Kanoman adalah keramik Tiongkok. Hal ini menjelaskan relasi Keraton di Cirebon dengan komunitas Tionghoa sudah terbina sejak lama.

Keraton Kanoman Cirebon terdiri atas berbagai macam bangunan. Satu yang menjadi perhatian yaitu kompleks Siti Hinggil. Dibandingkan bangunan lainnya, Kompleks Siti Hinggil berbeda karena tanahnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya di Keraton Kanoman. Selain itu, dinding bangunan kompleks Ksiti Hinggil dihiasi keramik bercorak Tiongkok yang sudah berusia ratusan tahun.  "Seusai dengan namanya, Siti Hinggil artinya tanah tinggi," kata Juru Bicara Kesultanan Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina, Senin (10/9/2018). Arimbi menerangkan kompleks Ksiti Hinggil sudah ada sejak abad ke-14 masehi, bangunan ini merupakan saksi dari penyebaran agama Islam di tanah Cirebon. Bahkan di era Kaprabonan Caruban, Ksiti Hinggil pernah dipakai sebagai Pura tempat penobatan raja.  "Salah satunya adalah penobatan Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana menjadi Sri Mangana," ujarnya. Terdapat tiga buah pintu masuk ke dalam Kompleks Ksiti Hinggil, yaitu Pintu Syahadatein yang menghadap utara, Pintu Kiblat yang menghadap ke Barat, dan Pintu Shalawat yang menghadap ke Selatan.  Dikatakannya ketiga pintu tersebut mengandung makna filosofis yang sangat tinggi tentang kehidupan manusia dalam menjalankan perintah agama Islam yang baik dan benar.  "Apabila seseorang ingin mencapai derajat tinggi harus baca syahadat syarat sebagai muslim, lalu menghadap kiblat dengan melakukan shalat sebagai salah satu kewajiban muslim, dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan dan panutan umat Islam," terangnya. Arimbi menyebutkan di dalam Kompleks Ksiti Hinggil terdapat dua bangunan yakni Mande Manguntur dan Bangsal Sekaten. Kedua bangunan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Mande Manguntur merupakan tempat Sultan menyampaikan wejangan, berita, hukum, atau ajaran agama kepada masyarakat. Selain itu, berfungsi juga sebagi tempat pelinggihan Sultan ketika menghadiri dan menyaksikan berbagai macam upacara. "Mande Manguntur juga tempat Batu Gilang, tempat calon raja dalam upacara penobatan menjadi raja," sebutnya.  Lalu, Bangsal Sekatan berbentuk persegi panjang dengan konstruksi Malang Semirang. Dibagian bawahnya terdapat ruangan dengan rongga resonansi yang terhubung ke Gunung Jati. Fungsi Bangsal Sekaten yakni sebagai tempat dipentaskannya Gamelan Sekaten peninggalan Sunan Kalijaga. Pementasan bisanya dilakukan setiap tanggal 8 - 12 bulan Mulud. "Di era Keprabonan Caruban, bangsal ini tempat para pini sepuh saat penobatan berlsangung," pungkasnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar