Kereta Singa
Barong yang Dijuluki Kereta Cantik
dari Cirebon
Kereta Singa Barong
merupakan salah satu peninggalan bersejarah dan fenomenal milik Keraton
Kasepuhan Cirebon. Dahulu, kereta tersebut digunakan saat kirab malam 1 muharam
dan pelantikan sultan.Diketahui, kereta tersebut dibuat oleh Pangeran Losari
pada abad ke 15 masehi. Kereta Singa Barong itu disebut-sebut memiliki
teknologi canggih pada masanya, bahkan ada yang terpakai hingga kini.Kereta
Singa Barong memiliki warna yang sempurna karena dilapisi serbuk intan emas
yang merupakan cikal bakal di teknologi modern dinamakan metalik."Kereta kencana
singa barong paling menarik perhatian pengunjung yang mendatangi museum pusaka
Keraton Kasepuhan," kata Wakil Kepala Bagian Paket Wisata Keraton
Kasepuhan Cirebon, RM Hafid Permadi, Minggu 14 Oktober 2018.Dia
mengatakan, Kereta Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon saat itu
ditarik empat ekor kerbau bule. Selanjutnya mengelilingi kota raja yang saat
itu luasnya sekitar 50 hektar.Yakni, wilayah Pasuketan dan Lemahwungkuk yang
saat itu disebut sebagai Kota Raja. Tak hanya menarik perhatian, Kereta Singa
Barong memiliki cerita menarik dan inspirasi."Kereta kencana nan unik ini sarat dengan makna persahabatan antar
bangsa. Ada kepala naga dengan belalai gajah dan sayap," sebut Hafid. Dia menjelaskan, Kereta Singa Barong tersebut menyerupai tiga binatang yang digabung menjadi satu, yakni
gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga, dan bertubuh buraq. Belalai gajah merupakan tanda
persahabatan dengan India yang berbudaya Hindu. Dan kepala naga melambangkan
persahabatan dengan China dengan kultur Buddha. Sementara itu, badan buraq lengkap dengan sayapnya, melambangkan
persahabatan dengan Mesir yang mayoritas beragama Islam. "Simbol tersebut menunjukkan persahabatan erat dengan ketiga bangsa
tersebut sejak zaman kesultanan Cirebon," ungkap Hafid. Kereta Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi symbol akulturasi
budaya dan dinobatkan menjadi kereta kencana tercantik di dunia. Dia menyebutkan, lapisan serbuk emas dan intan pada tubuh kereta membuat
kereta akan terlihat lebih indah saat terkena matahari. Kereta kencana singa
barong memiliki 4 roda, terdiri dari dua roda bagian depan berukuran lebih
kecil dari roda di belakang. Roda tersebut pada masa sekarang akrab disebut dengan velg racing. Dia
menjelaskan, fungsi roda tersebut untuk membuang bobot kereta agar tidak
terlalu berat. Sementara itu, fungsi 4 roda dengan
ukuran berbeda agar kereta bisa berputar 90 derajat sehingga mudah untuk
dibelokkan kemana pun. "Kalau zaman
sekarang disebut dengan teknologi power steering," ungkap Hafid. Tidak hanya itu, saat ada angin, sayap
akan bergerak ke dalam, sehingga orang yang ada di dalam kereta kencana
kepanasan. Penutup pada bagian atas kereta kencana juga bisa dibuka, disesuaikan
dengan keinginan sultan. Kereta Singa Barong dibuat pada abad ke-15 oleh cucu dari Sunan Gunung Jati
sebagai tanda persahabatan. Yap, Keraton Cirebon terutama Keraton Kasepuhan
memiliki hubungan baik dengan bangsa-bangsa lain, di antaranya India, negeri
Cina dan Mesir. Kereta Singa Barong dibuat sebagai salah satu simbol yang
mengakrabkan keempatnya. Singa Barong menjadi bukti percampuran budaya lokal
dan manca negara. Kini, kereta tersebut berada di Museum Singa Barong yang
lokasinya tepat di dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat. Kereta cantik
ini memiliki bentuk yang unik, teman-teman. Ada kepala naga dengan belalai
gajah, dan sebuah sayap pada badan naga tersebut, sementara ketika keluarga
kerajaan menaikinya, konon kereta Singa Barong harus ditarik oleh 4 ekor kerbau
putih. Bahkan di bagian belakang dilengkapi dengan bagasi. Konon semua mobil
canggih buatan Eropa mengadopsi teknologi yang ada di Kereta Singa Barong. "Kereta ini juga memilki puser atau
lubang fungsinya untuk membuang air agar tidak ada yang tergenang di
dalamnya," ungkap Hafid. Belakangan, diketahui Kereta Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon telah
ditetapkan sebagai salah satu kereta kencana tercantik di dunia. Kereta Singa Barong merupakan salah satu ikon budaya Cirebon yang menyimpan
kebanggaan di balik pembuatannya. Kereta yang dibuat sejak abad ke-15 tersebut,
menjadi kebanggaan lantaran karya asli penduduk Cirebon. "Hampir semua kereta di keraton-keraton Indonesia itu buatan Eropa.
Nah, Kereta Singa Barong ini dibuat oleh Panembahan Losari, cicit dari Sunan
Gunung Jati. Sedangkan ahli ukirnya berasal dari Kaliwulu," jelas Sultan
Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat. Menurutnya, kereta ini sejatinya menggambarkan tiga makhluk, yakni Gajah,
Burung (Paksi), dan Naga. Ia juga mengatakan, burung menggambarkan budaya Timur
Tengah dalam hal ini agama Islam. Sementara gajah menggambarkan India atau
agama Hindu. Sedangkan Naga menggambarkan Tiongkok atau Budha. Sehingga menurutnya, kereta ini
menggambarkan tiga budaya dari tiga agama dan bangsa yang berbeda. Konon, kata
dia, lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, salah satunya mengambil nilai
kearifan lokal dari gambaran Kereta Singa Barong tersebut. "Secara khusus, kereta ini menggambarkan bagaimana bentuk masyarakat
Cirebon yang berasal dari beragam bangsa dan agama. Macam-macam budaya itu
muncul sebagai efek dari perdagangan luar negeri yang pernah berlangsung di
Cirebon dulu," katanya. Kepala naga merupakan lambang negeri Cina, belalai gajah merupakan
perlambang bangsa Hindu di India, sebab sebelum masuknya Islam ke tanah Jawa,
tanah Cirebon dikuasai oleh penganut agama Hindu, sedangan sayap dan badan
buroq merupakan perlambang negara Mesir. Pada bagian belalai naga, terdapat
sebuah trisula. Trisula ini melambangkan rasa, cipta, serta karsa manusia!
Selain itu, terdapat lapisan serbuk emas dan intan pada tubuh kereta sehingga
menjadikannya lebih indah ketika dipandang. Konon, Kereta Singa Barong memiliki
keunikan lain. Selain kecantikannya, kereta ini memiliki roda yang tak kalah
hebat, lo! Rodanya bisa berputar 90 derajat sehingga lebih gampang untuk
berbelok ke mana-mana. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization) sebagai organisasi pendidikan dan kebudayaan dari PBB
telah menetapkan kereta Singa Barong sebagai salah satu kereta kencana paling
cantik dan unik di dunia. Dalam hal Singa Barong, pengambilan keempat jenis
binatang itu mungkin terutama berdasar pada makna kekuatan atau keperkasaannya.
Hal itu dipertegas dengan belalai yang melingkar ke atas keningnya itu
“memegang” senjata trisula (tiga mata-tombak, terdapat di kedua ujung depan dan
belakang), yang menambah ekspresi atas kekuatan dan keangkerannya. Di samping
itu, mungkin pula wujud binatang-binatang yang tergabung dalam Singa Barong ini
bukan saja karena kekuatan fisiknya, melainkan juga karena simbol-simbol yang
bersifat spirititual. Sebagian tokoh di Kraton Kasepuhan, memaknai garuda yang
bersayap seperti burak sebagai lambang agama Islam (atau budaya Timur-Tengah),
gajah adalah lambang Budha (atau budaya India, Asia Timur dan Asia Tenggara),
dan naga adalah lambang Hindu (atau budaya Cina), dan singa adalah lambang
Protestan (atau budaya Eropa Barat). Tapi, ada pula budayawan yang memaknainya
secara lain, atau komplementer dari pendekatan alam: angin (sayap), api
(singa), bumi (gajah), dan air (naga). Lepas dari benar-tidaknya masing-masing
perlambangan tersebut, tapi semuanya memberi makna bahwa kekuatan itu, pertama,
terletak pada aspek fisik dan jiwa (roh, spirit). Kedua, demi memaksimalkan
peralihan kekuatan itu adalah dengan suatu prinsip “penggabungan” (atau
“gotong-royong” secara sosial), yang dapat diraih dengan prinsip penerimaan,
pengambilan, dan atau penyesuaian dari hal-hal yang berbeda sekalipun—yang
dalam kasus Singa Barong adalah singa, garuda, naga, dan gajah di satu sisi,
serta Islam, Hindu, Budha, dan Kristen di sisi lainnya. Penyatuan
kekuatan-kekuatan dari beberapa binatang raksasa, yang melambangkan keperkasaan
atau keagungan raja, terdapat di banyak tempat—selain kereta itu sendiri
merupakan properti yang melambangkan kebesaran. Kraton Kanoman memiliki kereta
serupa dengan nama Paksi-Naga-Liman—yang kemudian diadopsi juga oleh kerajaan
Sumedang Larang di Pasundan, yang serupa tapi tak sama, tubuhnya bukan singa melainkan
naga. Demikian juga Kerajaan Kutai memiliki lambang serupa yang disebut Lembu
Swana, kepalanya sama mirip naga-gajah, bersayap, dan bertubuh seperti lembu.
Dalam wayang kulit Cirebon, banyak tokoh yang memiliki belalai dengan trisula
seperti Singa Barong itu, baik untuk karakter putri, satria, ponggawa, maupun
raksasa, yang dalam lakon setempat adalah para senapati dan prajurit Alas Amer,
sebuah negara-rimba yang di-babad oleh Pandawa dalam suatu episode Mahabarata.
Lambang tersebut di atas bukan hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi juga di
Myanmar (Birma), misalnya, serupa dengan “paksi-naga-liman” yang di antaranya
dipakai sebagai hiasan rak gendang-besar (mirip rancak gong di Jawa-Bali).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar