Halaman

Kamis, 19 Desember 2019

Kereta Singa Barong yang Dijuluki Kereta Cantik dari Cirebon


Kereta Singa Barong yang Dijuluki Kereta Cantik dari Cirebon


Kereta Singa Barong merupakan salah satu peninggalan bersejarah dan fenomenal milik Keraton Kasepuhan Cirebon. Dahulu, kereta tersebut digunakan saat kirab malam 1 muharam dan pelantikan sultan.Diketahui, kereta tersebut dibuat oleh Pangeran Losari pada abad ke 15 masehi. Kereta Singa Barong itu disebut-sebut memiliki teknologi canggih pada masanya, bahkan ada yang terpakai hingga kini.Kereta Singa Barong memiliki warna yang sempurna karena dilapisi serbuk intan emas yang merupakan cikal bakal di teknologi modern dinamakan metalik."Kereta kencana singa barong paling menarik perhatian pengunjung yang mendatangi museum pusaka Keraton Kasepuhan," kata Wakil Kepala Bagian Paket Wisata Keraton Kasepuhan Cirebon, RM Hafid Permadi, Minggu 14 Oktober 2018.Dia mengatakan, Kereta Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon saat itu ditarik empat ekor kerbau bule. Selanjutnya mengelilingi kota raja yang saat itu luasnya sekitar 50 hektar.Yakni, wilayah Pasuketan dan Lemahwungkuk yang saat itu disebut sebagai Kota Raja. Tak hanya menarik perhatian, Kereta Singa Barong memiliki cerita menarik dan inspirasi."Kereta kencana nan unik ini sarat dengan makna persahabatan antar bangsa. Ada kepala naga dengan belalai gajah dan sayap," sebut Hafid. Dia menjelaskan, Kereta Singa Barong tersebut menyerupai tiga binatang yang digabung menjadi satu, yakni gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga, dan bertubuh buraq. Belalai gajah merupakan tanda persahabatan dengan India yang berbudaya Hindu. Dan kepala naga melambangkan persahabatan dengan China dengan kultur Buddha. Sementara itu, badan buraq lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang mayoritas beragama Islam. "Simbol tersebut menunjukkan persahabatan erat dengan ketiga bangsa tersebut sejak zaman kesultanan Cirebon," ungkap Hafid. Kereta Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi symbol akulturasi budaya dan dinobatkan menjadi kereta kencana tercantik di dunia. Dia menyebutkan, lapisan serbuk emas dan intan pada tubuh kereta membuat kereta akan terlihat lebih indah saat terkena matahari. Kereta kencana singa barong memiliki 4 roda, terdiri dari dua roda bagian depan berukuran lebih kecil dari roda di belakang. Roda tersebut pada masa sekarang akrab disebut dengan velg racing. Dia menjelaskan, fungsi roda tersebut untuk membuang bobot kereta agar tidak terlalu berat. Sementara itu, fungsi 4 roda dengan ukuran berbeda agar kereta bisa berputar 90 derajat sehingga mudah untuk dibelokkan kemana pun. "Kalau zaman sekarang disebut dengan teknologi power steering," ungkap Hafid. Tidak hanya itu, saat ada angin, sayap akan bergerak ke dalam, sehingga orang yang ada di dalam kereta kencana kepanasan. Penutup pada bagian atas kereta kencana juga bisa dibuka, disesuaikan dengan keinginan sultan. Kereta Singa Barong dibuat pada abad ke-15 oleh cucu dari Sunan Gunung Jati sebagai tanda persahabatan. Yap, Keraton Cirebon terutama Keraton Kasepuhan memiliki hubungan baik dengan bangsa-bangsa lain, di antaranya India, negeri Cina dan Mesir. Kereta Singa Barong dibuat sebagai salah satu simbol yang mengakrabkan keempatnya. Singa Barong menjadi bukti percampuran budaya lokal dan manca negara. Kini, kereta tersebut berada di Museum Singa Barong yang lokasinya tepat di dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat. Kereta cantik ini memiliki bentuk yang unik, teman-teman. Ada kepala naga dengan belalai gajah, dan sebuah sayap pada badan naga tersebut, sementara ketika keluarga kerajaan menaikinya, konon kereta Singa Barong harus ditarik oleh 4 ekor kerbau putih. Bahkan di bagian belakang dilengkapi dengan bagasi. Konon semua mobil canggih buatan Eropa mengadopsi teknologi yang ada di Kereta Singa Barong. "Kereta ini juga memilki puser atau lubang fungsinya untuk membuang air agar tidak ada yang tergenang di dalamnya," ungkap Hafid. Belakangan, diketahui Kereta Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon telah ditetapkan sebagai salah satu kereta kencana tercantik di dunia. Kereta Singa Barong merupakan salah satu ikon budaya Cirebon yang menyimpan kebanggaan di balik pembuatannya. Kereta yang dibuat sejak abad ke-15 tersebut, menjadi kebanggaan lantaran karya asli penduduk Cirebon. "Hampir semua kereta di keraton-keraton Indonesia itu buatan Eropa. Nah, Kereta Singa Barong ini dibuat oleh Panembahan Losari, cicit dari Sunan Gunung Jati. Sedangkan ahli ukirnya berasal dari Kaliwulu," jelas Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat. Menurutnya, kereta ini sejatinya menggambarkan tiga makhluk, yakni Gajah, Burung (Paksi), dan Naga. Ia juga mengatakan, burung menggambarkan budaya Timur Tengah dalam hal ini agama Islam. Sementara gajah menggambarkan India atau agama Hindu. Sedangkan Naga menggambarkan Tiongkok atau Budha. Sehingga menurutnya, kereta ini menggambarkan tiga budaya dari tiga agama dan bangsa yang berbeda. Konon, kata dia, lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, salah satunya mengambil nilai kearifan lokal dari gambaran Kereta Singa Barong tersebut. "Secara khusus, kereta ini menggambarkan bagaimana bentuk masyarakat Cirebon yang berasal dari beragam bangsa dan agama. Macam-macam budaya itu muncul sebagai efek dari perdagangan luar negeri yang pernah berlangsung di Cirebon dulu," katanya. Kepala naga merupakan lambang negeri Cina, belalai gajah merupakan perlambang bangsa Hindu di India, sebab sebelum masuknya Islam ke tanah Jawa, tanah Cirebon dikuasai oleh penganut agama Hindu, sedangan sayap dan badan buroq merupakan perlambang negara Mesir. Pada bagian belalai naga, terdapat sebuah trisula. Trisula ini melambangkan rasa, cipta, serta karsa manusia! Selain itu, terdapat lapisan serbuk emas dan intan pada tubuh kereta sehingga menjadikannya lebih indah ketika dipandang. Konon, Kereta Singa Barong memiliki keunikan lain. Selain kecantikannya, kereta ini memiliki roda yang tak kalah hebat, lo! Rodanya bisa berputar 90 derajat sehingga lebih gampang untuk berbelok ke mana-mana. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai organisasi pendidikan dan kebudayaan dari PBB telah menetapkan kereta Singa Barong sebagai salah satu kereta kencana paling cantik dan unik di dunia. Dalam hal Singa Barong, pengambilan keempat jenis binatang itu mungkin terutama berdasar pada makna kekuatan atau keperkasaannya. Hal itu dipertegas dengan belalai yang melingkar ke atas keningnya itu “memegang” senjata trisula (tiga mata-tombak, terdapat di kedua ujung depan dan belakang), yang menambah ekspresi atas kekuatan dan keangkerannya. Di samping itu, mungkin pula wujud binatang-binatang yang tergabung dalam Singa Barong ini bukan saja karena kekuatan fisiknya, melainkan juga karena simbol-simbol yang bersifat spirititual. Sebagian tokoh di Kraton Kasepuhan, memaknai garuda yang bersayap seperti burak sebagai lambang agama Islam (atau budaya Timur-Tengah), gajah adalah lambang Budha (atau budaya India, Asia Timur dan Asia Tenggara), dan naga adalah lambang Hindu (atau budaya Cina), dan singa adalah lambang Protestan (atau budaya Eropa Barat). Tapi, ada pula budayawan yang memaknainya secara lain, atau komplementer dari pendekatan alam: angin (sayap), api (singa), bumi (gajah), dan air (naga). Lepas dari benar-tidaknya masing-masing perlambangan tersebut, tapi semuanya memberi makna bahwa kekuatan itu, pertama, terletak pada aspek fisik dan jiwa (roh, spirit). Kedua, demi memaksimalkan peralihan kekuatan itu adalah dengan suatu prinsip “penggabungan” (atau “gotong-royong” secara sosial), yang dapat diraih dengan prinsip penerimaan, pengambilan, dan atau penyesuaian dari hal-hal yang berbeda sekalipun—yang dalam kasus Singa Barong adalah singa, garuda, naga, dan gajah di satu sisi, serta Islam, Hindu, Budha, dan Kristen di sisi lainnya. Penyatuan kekuatan-kekuatan dari beberapa binatang raksasa, yang melambangkan keperkasaan atau keagungan raja, terdapat di banyak tempat—selain kereta itu sendiri merupakan properti yang melambangkan kebesaran. Kraton Kanoman memiliki kereta serupa dengan nama Paksi-Naga-Liman—yang kemudian diadopsi juga oleh kerajaan Sumedang Larang di Pasundan, yang serupa tapi tak sama, tubuhnya bukan singa melainkan naga. Demikian juga Kerajaan Kutai memiliki lambang serupa yang disebut Lembu Swana, kepalanya sama mirip naga-gajah, bersayap, dan bertubuh seperti lembu. Dalam wayang kulit Cirebon, banyak tokoh yang memiliki belalai dengan trisula seperti Singa Barong itu, baik untuk karakter putri, satria, ponggawa, maupun raksasa, yang dalam lakon setempat adalah para senapati dan prajurit Alas Amer, sebuah negara-rimba yang di-babad oleh Pandawa dalam suatu episode Mahabarata. Lambang tersebut di atas bukan hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi juga di Myanmar (Birma), misalnya, serupa dengan “paksi-naga-liman” yang di antaranya dipakai sebagai hiasan rak gendang-besar (mirip rancak gong di Jawa-Bali).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar