Halaman

Minggu, 19 Januari 2020

Singa Barong Dan Paksi Naga Liman Merupakan Kereta Kencana Terbaik di Dunia


Singa Barong Dan Paksi Naga Liman Merupakan Kereta Kencana Terbaik di Dunia

Di antara ribuan koleksi benda bersejarah di dalam bangunan yang baru diresmikan18 September 2017 oleh Presiden RI Joko Widodo itu, Kereta Kencana Singa Barong dsan Paksi Naga Liman, menjadi benda peninggalan sejarah yang paling menarik perhatian.

Sebab, selain unik, kereta berusia 469 tahun itu juga dianggap sebagai kereta terbaik di dunia pada masanya. Keunikan tersebut dapat dilihat dari sisi tampilan hingga pemanfaatan teknologi yang mumpuni.
Iman Sugiman, Wakil Kepala Bagian Informasi Kompleks Keraton Kasepuhan, mengungkapkan, Kereta Singa Barong memiliki tampilan sarat makna.
Di bagian depan, kereta Singa Barong berbentuk belalai gajah menyimbolkan kedekatan Keraton Kasepuhan dengan negara India yang mayoritas warganya memeluk agama Hindu.
Kepala naga sebagai wujud persahabatan dengan negara China yang menganut agama Budha. Sayap Buraq yang menandakan persahabatan dengan negara Mesir dan Timur Tengah yang beragama Islam.
“Pada tahun 1991 seorang peneliti Belanda menyatakan bahwa kereta Singa Barong merupakan kereta kencana terbaik di dunia. Karena memiliki perbedaan dengan kereta kencana lain yang dimiliki kerajaan-kerajaan yang berada di daratan Eropa seperti Inggris sekalipun,” ujarnya kepada Radar, Sabtu (8/12) kemarin.
Para peneliti itu pula lah yang merenovasi dan memperbaiki kereta kencana tersebut. Mereka menyataan bahwa selama perjalanan melihat kereta-kreta kencana di dunia kereta singa barong Cirebon ini lah yang membuat mereka terpesona.
Selain pada bentuk, keunggulan kereta kencana yang dibuat oleh Pangeran Losari atau Pengeran Angka Wijaya pada 1549 itu, juga terletak pada penggunaan teknologi suspensi atau shockbraker.
Di mana bodi tidak tersambung langsung dengan kerangka penopang, melainkan digantung menggunakan tali kokoh berbahan kulit sapi, baik di bagian depan dan belakang.
Kulit sapi 5 lapis itu berfungsi sebagai penstabil saat kereta digunakan di jalan yang kurang baik.
“Sehingga walaupun jalan berlubang, tetap nyaman. Kalau istilah sekarangnya shockbraker-nya lah,” imbuhnya.
Ukuran roda juga dibuat tidak sama. Dua roda depan berukuran kecil, sedangkan dua roda lainnya di belakang berukuran besar. Kegunaannya, roda kecil di depan untuk memudahkan kereta saat berbelok hingga mampu berbelok 90 derajat.
Sedangkan ukuran roda belakang yang besar untuk menopang beban pengawal yang berdiri di bagian belakang kereta.
“Dan bentuk jari-jarinya itu dibuat tidak seperti kereta-kereta lain. Roda belakang berbentuk cekung ke dalam. Berfungsi untuk membuang tanah atau kotoran yang menempel saat kereta digunakan ketika musim hujan dan jalanan yang becek. Kotoran itu akan terbuang keluar, dan tidak masuk kebagian dalam,” jelasnya.
Di sisi kanan kiri kereta juga terdapat ukiran berbentuk batu karang yang terlihat menyala ketika terkena sinar matahari. Itu tidak terlepas dari efek serbuk intan yang ditaburkan di atas ornamen tersebut.
“Serbuk intan itu sebagai metaliknya kalau sekarang. Dan apabila dijalankan kedua sayap bisa bergerak seperti terbang. Sedangkan lidah itu bisa keluar masuk menjulur-julur. Itu yang membuat peneliti dari Belanda takjub dan hanya geleng-geleng kepala,” katanya bangga.
Selain untuk keperluan perjalanan pemimpin keraton, kereta Singa Barong juga digunakan untu upacara-upacara kebesaran. Saat itu lah, kereta ditarik dengan menggunakan tenaga empat ekor kerbau bule.
Terakhir kali, kereta tersebut digunakan pada tahun 1942. Ketika berakhirnya masa kepemimpinan Pangeran Radja Aluda Tajul Arifin atau Sultan Sepuh XI (1899-1942).
“Itu akhir penggunaan kereta ini, dan sekarang ini kalau ada festival-festival keraton acara keraton atau hari jadi Kota Cirebon, yang digunakan adalah duplikatnya,” tambahnya.
Saat ini, kereta kencana yang berbahan dasar kayu laban tersebut masih terjaga dan diletakkan di dalam kotak kaca seukuran kereta tersebut.  Hal ini juga untuk menjasa kualitas kayu yang hingga kini masih kokoh meski telah berusia hampir 500 tahun.
“Kalau duplikatnya yang berada di bagian belakang museum menggunakan kayu jati, karena kayu laban sekarang sudah langka,” tuturnya.
Kereta duplikat itu dibuat pada tahun 1996, untuk diikutsertakan pasa Festival Keraton Nusantara ke-2 pada tahun 1997 yang digelar di Kota Cirebon.
Selain kereta Singa Barong, ribuan benda antik lainnya juga tertata rapih di museum yang baru diresmikan pada 18 September 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
Di antaranya, koleksi senjata seperti keris, pedang dan tombak, gamelan, pakaian, peralatan rumah tangga yang berusia ratusan tahun.
Sementara itu, terdapat pula petilasan, sumur kejayaan, dan tombak cis milik Sunan Gunung Jati yang digunakan untuk khotbah Jumat, serta jubah Sunan Gunung Jati yang sampai sekarang masih disimpan di ruangan khusus. Ruangan tersebut dibuka pada hari minggu pada pukul 9.00 hingga pukul 16.00 sore.
“Di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada tombak cis juga yang masih dipakai khotbah sampai sekarang. Sebagian masyarakat percaya jika air cis atau air celupan tombak cis dapat membantu orang yang kesulitan saat sakaratul maut, dengan persetujuan keluarga dan dengan izin Allah memudahkan proses sakaratul maut,” katanya.
Diceritakannya, sebelum adanya museum tersebut, museum awalnya di Keraton Kasepuhan terdapat dua museum, yaitu museum kereta Singa Barong dan museum benda-benda kuno. Kedua museum terpisah. Di depan keraton sebelah timur Singa Barong dan sisi barat untuk benda kuno.
“Pada 2016 dibuatlah museum pusaka, yang tadinya terbagi jadi dua sekarang ada satu. Dan sekarang lebih layak jadi museum. Istilahnya sudah bagus lah ya, ber-AC, CCTV dan pengaman lainya. Dari koleksi yang ada dari dua tempat kemudian sebagian yang ada di museum tertutup yang tadinya nggak bisa dilihat untuk umum,” jelasnya.
Meski begitu, koleksi museum belum sepenuhnya mencakup seluruh koleksi benda kuno keratin. Sebab beberapa koleksi lain masih tersimpan dan hanya boleh dilihat oleh kerabat Keraton Kasepuhan.
Menurut catatan pengelola, setiap bulan 13,000 pengunjung domestik dan asing sekitar 200an. Meningkat jadi 25.000 pengunjung ketika muludan.
“Jumlah itu akan penurunan pada saat bulan puasa. Penurunan bisa sampai 50 persen. Kalau turis asing kebanyakan dari Belanda, karena punya nostalgia dengan Indonesia. Setelah itu Malaysia dan Jepang,” tandasnya.
Kereta Singa Barong merupakan kereta kencana milik kerajaan yang kini tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan buku bertajuk Paguyuban Seni dan Budaya Wijaya Kusuma Keraton Kasepuhan Cirebon, kereta itu didesain berdasarkan penglihatan adik Sultan Cirebon II, Pangeran Losari.

Saat itu, ia melihat sesosok makhluk terbang melintasi angkasa dengan sepasang sayap yang indah. Makhluk tersebut berbadan singa, berkepala naga dengan belalai menyerupai gajah yang menggenggam sebilah trisula. Itulah sosok makhluk prabangsa (purba).

Desain itu kemudian diwujudkan oleh arsitek Ki Natagana atau Ki Gede Kaliwulu dalam bentuk Kereta Singa Barong pada tahun Jawa 1571 Saka (1649 Masehi) dengan sengkalan (kode) tahun Saka: Iku Pandhita Buta Rupane (Itu Pendeta Raksasa Wujudnya).

Kereta itu disebut-sebut memiliki teknologi cukup canggih pada masanya, bahkan ada yang terpakai hingga kini. Kereta Singa Barong memiliki warna yang sempurna karena dilapisi serbuk intan emas yang merupakan cikal bakal di teknologi modern dinamakan metalik.

Kereta tersebut juga memiliki suspensi sempurna yang dapat meredam guncangan kereta saat melalui jalanan berbatu atau rusak. Sistem power steering persis seperti mobil saat ini, sehingga membuat kendaraan nyaman saat digunakan. Didukung dengan desain roda yang diciptakan sesuai dengan suspensi yang dimiliki kereta, kereta dapat bergerak secara stabil.

Roda kereta didesain untuk menghadapi kondisi jalan becek, sehingga posisi roda dibuat menonjol dari jari-jarinya agar terhindar dari cipratan air saat melaju. Kereta ini memiliki kemudi yang menggunakan sistem hidrolik, sehingga mudah dikemudikan oleh sais.

Kedua sayap yang dimiliki oleh kereta ini dapat bergerak, seperti kepakan saat kereta berjalan. Pada masa kesultanan dulu, Singa Barong dijadikan kendaraan dinas Sultan untuk berkunjung ke wilayah pemerintahannya hingga ke pelosok daerah.
Kereta ini ditarik oleh empat ekor kerbau bule, yang diyakini memiliki kekuatan lebih dibanding jenis kerbau biasanya. Saat ini, kereta Singa Barong sudah tidak lagi digunakan dan disimpan di dalam Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar