Singa Barong Dan Paksi Naga Liman Merupakan Kereta Kencana
Terbaik di Dunia
Di antara ribuan koleksi benda bersejarah di
dalam bangunan yang baru diresmikan18 September 2017 oleh Presiden RI Joko
Widodo itu, Kereta Kencana Singa Barong dsan Paksi Naga Liman, menjadi benda
peninggalan sejarah yang paling menarik perhatian.
Sebab, selain unik, kereta berusia 469 tahun
itu juga dianggap sebagai kereta terbaik di dunia pada masanya. Keunikan
tersebut dapat dilihat dari sisi tampilan hingga pemanfaatan teknologi yang
mumpuni.
Iman Sugiman, Wakil Kepala Bagian Informasi
Kompleks Keraton Kasepuhan, mengungkapkan, Kereta Singa Barong memiliki
tampilan sarat makna.
Di bagian depan, kereta Singa Barong berbentuk
belalai gajah menyimbolkan kedekatan Keraton Kasepuhan dengan negara India yang
mayoritas warganya memeluk agama Hindu.
Kepala naga sebagai wujud persahabatan dengan
negara China yang menganut agama Budha. Sayap Buraq yang menandakan
persahabatan dengan negara Mesir dan Timur Tengah yang beragama Islam.
“Pada tahun 1991 seorang peneliti Belanda
menyatakan bahwa kereta Singa Barong merupakan kereta kencana terbaik di dunia.
Karena memiliki perbedaan dengan kereta kencana lain yang dimiliki
kerajaan-kerajaan yang berada di daratan Eropa seperti Inggris sekalipun,”
ujarnya kepada Radar, Sabtu (8/12) kemarin.
Para peneliti itu pula lah yang merenovasi dan
memperbaiki kereta kencana tersebut. Mereka menyataan bahwa selama perjalanan
melihat kereta-kreta kencana di dunia kereta singa barong Cirebon ini lah yang
membuat mereka terpesona.
Selain pada bentuk, keunggulan kereta kencana
yang dibuat oleh Pangeran Losari atau Pengeran Angka Wijaya pada 1549 itu, juga
terletak pada penggunaan teknologi suspensi atau shockbraker.
Di mana bodi tidak tersambung langsung dengan
kerangka penopang, melainkan digantung menggunakan tali kokoh berbahan kulit
sapi, baik di bagian depan dan belakang.
Kulit sapi 5 lapis itu berfungsi sebagai
penstabil saat kereta digunakan di jalan yang kurang baik.
“Sehingga walaupun jalan berlubang, tetap
nyaman. Kalau istilah sekarangnya shockbraker-nya lah,” imbuhnya.
Ukuran roda juga dibuat tidak sama. Dua roda
depan berukuran kecil, sedangkan dua roda lainnya di belakang berukuran besar.
Kegunaannya, roda kecil di depan untuk memudahkan kereta saat berbelok hingga
mampu berbelok 90 derajat.
Sedangkan ukuran roda belakang yang besar untuk
menopang beban pengawal yang berdiri di bagian belakang kereta.
“Dan bentuk jari-jarinya itu dibuat tidak
seperti kereta-kereta lain. Roda belakang berbentuk cekung ke dalam. Berfungsi
untuk membuang tanah atau kotoran yang menempel saat kereta digunakan ketika
musim hujan dan jalanan yang becek. Kotoran itu akan terbuang keluar, dan tidak
masuk kebagian dalam,” jelasnya.
Di sisi kanan kiri kereta juga terdapat ukiran
berbentuk batu karang yang terlihat menyala ketika terkena sinar matahari. Itu
tidak terlepas dari efek serbuk intan yang ditaburkan di atas ornamen tersebut.
“Serbuk intan itu sebagai metaliknya kalau
sekarang. Dan apabila dijalankan kedua sayap bisa bergerak seperti terbang.
Sedangkan lidah itu bisa keluar masuk menjulur-julur. Itu yang membuat peneliti
dari Belanda takjub dan hanya geleng-geleng kepala,” katanya bangga.
Selain untuk keperluan perjalanan pemimpin
keraton, kereta Singa Barong juga digunakan untu upacara-upacara kebesaran.
Saat itu lah, kereta ditarik dengan menggunakan tenaga empat ekor kerbau bule.
Terakhir kali, kereta tersebut digunakan pada
tahun 1942. Ketika berakhirnya masa kepemimpinan Pangeran Radja Aluda Tajul
Arifin atau Sultan Sepuh XI (1899-1942).
“Itu akhir penggunaan kereta ini, dan sekarang
ini kalau ada festival-festival keraton acara keraton atau hari jadi Kota
Cirebon, yang digunakan adalah duplikatnya,” tambahnya.
Saat ini, kereta kencana yang berbahan dasar
kayu laban tersebut masih terjaga dan diletakkan di dalam kotak kaca seukuran
kereta tersebut. Hal ini juga untuk menjasa kualitas kayu yang hingga
kini masih kokoh meski telah berusia hampir 500 tahun.
“Kalau duplikatnya yang berada di bagian
belakang museum menggunakan kayu jati, karena kayu laban sekarang sudah
langka,” tuturnya.
Kereta duplikat itu dibuat pada tahun 1996,
untuk diikutsertakan pasa Festival Keraton Nusantara ke-2 pada tahun 1997 yang
digelar di Kota Cirebon.
Selain kereta Singa Barong, ribuan benda antik
lainnya juga tertata rapih di museum yang baru diresmikan pada 18 September
2017 oleh Presiden Joko Widodo.
Di antaranya, koleksi senjata seperti keris,
pedang dan tombak, gamelan, pakaian, peralatan rumah tangga yang berusia
ratusan tahun.
Sementara itu, terdapat pula petilasan, sumur
kejayaan, dan tombak cis milik Sunan Gunung Jati yang digunakan untuk khotbah
Jumat, serta jubah Sunan Gunung Jati yang sampai sekarang masih disimpan di
ruangan khusus. Ruangan tersebut dibuka pada hari minggu pada pukul 9.00 hingga
pukul 16.00 sore.
“Di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada tombak cis
juga yang masih dipakai khotbah sampai sekarang. Sebagian masyarakat percaya
jika air cis atau air celupan tombak cis dapat membantu orang yang kesulitan
saat sakaratul maut, dengan persetujuan keluarga dan dengan izin Allah
memudahkan proses sakaratul maut,” katanya.
Diceritakannya, sebelum adanya museum tersebut,
museum awalnya di Keraton Kasepuhan terdapat dua museum, yaitu museum kereta
Singa Barong dan museum benda-benda kuno. Kedua museum terpisah. Di depan
keraton sebelah timur Singa Barong dan sisi barat untuk benda kuno.
“Pada 2016 dibuatlah museum pusaka, yang
tadinya terbagi jadi dua sekarang ada satu. Dan sekarang lebih layak jadi
museum. Istilahnya sudah bagus lah ya, ber-AC, CCTV dan pengaman lainya. Dari
koleksi yang ada dari dua tempat kemudian sebagian yang ada di museum tertutup
yang tadinya nggak bisa dilihat untuk umum,” jelasnya.
Meski begitu, koleksi museum belum sepenuhnya
mencakup seluruh koleksi benda kuno keratin. Sebab beberapa koleksi lain masih
tersimpan dan hanya boleh dilihat oleh kerabat Keraton Kasepuhan.
Menurut catatan pengelola, setiap bulan 13,000
pengunjung domestik dan asing sekitar 200an. Meningkat jadi 25.000 pengunjung
ketika muludan.
“Jumlah itu akan penurunan pada saat bulan
puasa. Penurunan bisa sampai 50 persen. Kalau turis asing kebanyakan dari
Belanda, karena punya nostalgia dengan Indonesia. Setelah itu Malaysia dan
Jepang,” tandasnya.
Kereta Singa
Barong merupakan kereta kencana milik kerajaan yang kini tersimpan di Keraton Kasepuhan
Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan buku bertajuk Paguyuban Seni dan
Budaya Wijaya Kusuma Keraton Kasepuhan Cirebon, kereta itu didesain
berdasarkan penglihatan adik Sultan Cirebon II, Pangeran Losari.
Saat itu, ia
melihat sesosok makhluk terbang melintasi angkasa dengan sepasang sayap yang
indah. Makhluk tersebut berbadan singa, berkepala naga dengan belalai
menyerupai gajah yang menggenggam sebilah trisula. Itulah sosok makhluk prabangsa (purba).
Desain itu
kemudian diwujudkan oleh arsitek Ki Natagana atau Ki Gede Kaliwulu dalam bentuk
Kereta Singa Barong pada tahun Jawa 1571 Saka (1649 Masehi) dengan sengkalan
(kode) tahun Saka: Iku Pandhita Buta Rupane (Itu Pendeta
Raksasa Wujudnya).
Kereta itu
disebut-sebut memiliki teknologi cukup canggih pada masanya, bahkan ada yang
terpakai hingga kini. Kereta Singa Barong memiliki warna yang sempurna karena
dilapisi serbuk intan emas yang merupakan cikal bakal di teknologi modern
dinamakan metalik.
Kereta tersebut
juga memiliki suspensi sempurna yang dapat meredam guncangan kereta saat
melalui jalanan berbatu atau rusak. Sistem power steering persis
seperti mobil saat ini, sehingga membuat kendaraan nyaman saat digunakan.
Didukung dengan desain roda yang diciptakan sesuai dengan suspensi yang
dimiliki kereta, kereta dapat bergerak secara stabil.
Roda kereta didesain untuk menghadapi
kondisi jalan becek, sehingga posisi roda dibuat menonjol dari jari-jarinya
agar terhindar dari cipratan air saat melaju. Kereta ini memiliki kemudi yang
menggunakan sistem hidrolik, sehingga mudah dikemudikan oleh sais.
Kedua sayap yang dimiliki oleh kereta
ini dapat bergerak, seperti kepakan saat kereta berjalan. Pada masa kesultanan
dulu, Singa Barong dijadikan kendaraan dinas Sultan untuk berkunjung ke wilayah
pemerintahannya hingga ke pelosok daerah.
Kereta ini ditarik oleh empat ekor
kerbau bule, yang diyakini memiliki kekuatan lebih dibanding jenis kerbau
biasanya. Saat ini, kereta Singa Barong sudah tidak lagi digunakan dan disimpan
di dalam Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar