Halaman

Kamis, 19 Desember 2019

Paksi Naga Liman yang Bisa Menjiwai Raga Manusia


Paksi Naga Liman yang Bisa Menjiwai Raga Manusia



Paksi Naga Liman merupakan tema yang diangkat dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) ke XI tahun 2017 di Cirebon. Kereta milik Kasultanan Kanoman Cirebon ini menjadi kebanggaan masyarakat Cirebon.
Selain peninggalan kerajaan, kereta ini memiliki nilai historis yang tak kalah penting. Patih Kanoman Cirebon Pangeran Patih Raja Moch Qodiran mengatakan, kereta pusaka paksi Naga Liman merupakan kendaraan utama Kerajaan Singhapura (1042-1440 M/936-1367 saka) hingga masa kesultanan Cirebon.
"Kereta kencana ini mengambil inspirasi dari kendaraan perang Bhatara Indra," kata Patih Qodiran, Senin, 18 September 2017.
Kereta ini diyakini telah ada sejak masa pangeran Cakra Bhuana berdasarkan naskah tertulis pada Candra Sangkala (1428 M/1350 saka). Kereta tersebut digunakan untuk menyerang Kerajaan Galuh Gunung Jati dan menjadi kereta kebesaran Kerajaan Cirebon.
"Diteruskan hingga saat ini oleh panembahan Cirebon hingga sultan Kanoman," kata Patih Qodiran.
Dalam pemeliharaannya, Paksi Naga Liman sempat mengalami perbaikan oleh pangeran Losari yang merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati. Dia menjelaskan, Paksi Naga Liman merupakan karya seni yang dipadukan dengan konsep kendaraan masa lalu, tetapi berhasil menginspirasi karya-karya futuristik, megah, dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
Di balik kemegahannya, lanjut Patih Qodiran, tersimpan pesan yang sarat makna pada sosok Paksi Naga Liman. Paksi yang merupakan burung dengan badan bersayap adalah penanda simbol negeri Timur Tengah dan unsur Islam yang diturunkan di Timur Tengah.
Sementara naga berbentuk kepala bermahkota hewan naga merupakan wujud penguasa Caruban yang dinamakan Mang. "Sosok Mang juga telah mafhum (paham) sebagai simbolisasi atas negeri Tiongkok dan kandungan anasir (pemahaman) Buddha," jelas dia.
Liman (belalai) adalah bagian dari gajah yang merupakan simbol Ganesha sebagai putra Dewa Syiwa dari negeri India. Simbol ini menggambarkan unsur agama Hindu.
Patih Qodiran menambahkan Paksi Naga Liman adalah simbol Cirebon sebagai negeri tempat terjadinya asimilasi dan pluralisasi dari tiga kebudayaan, serta menempatkan Cirebon pada puncak keunggulan peradaban pada masanya.
"Bahkan berkembang penafsiran atas makna Paksi Naga Liman yang mengisyaratkan kejayaan kedaulatan, burung penjaga kedaulatan di udara atau Jaya Dirgantara Naga penjaga kedaulatan laut atau Jaya Bahari dan Gajah penjaga kedaulatan di darat atau Jaya Bhumi," kata dia.
Selain dijadikan tema dalam FKN, Paksi Naga Liman tersebut juga dikemas dalam suatu pertunjukan tari di acara pembukaan FKN. Sebuah pertunjukan Musik dan Tari bertajuk Gending Paksi Naga Liman ini memadukan laras pentatonik, diatonik, pelog dan slendro, serta degung.
"Dengan sisipan musik khas China, Arab, dan India, sehingga menjadi pertunjukan yang unik, prigel (rajin), dan nyaman dipandang," ujar dia.
Kereta paksi naga liman juga mempunyai batik yang membuat terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia.Batik kereta paksi naga liman yang memuat berbagai elemen budaya indonesia, arab, china dan eropa menarik perhatian pemerhati seni tekstil di inggris. Masyarakat Inggris khususnya yang tinggal di London merasa beruntung karena dapat melihat secara langsung beragam corak seni tekstil yang begitu indah dari Indonesia. Berbagai produk seni tekstil batik, tenun ikat dan songket dari berbagai daerah di Indonesia dipamerkan pada tanggal 20-21 April 2018, bertempat di KBRI London. Pameran yang bertemakan “Nusawastra Silang Budaya: Indonesian Textiles at the Crossroads of Culture” dibuka secara resmi oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Inggris, merangkap Irlandia dan International Maritime Organization (IMO), yang berkedudukan di London, Dr. Rizal Sukma. Tidak kurang dari 50 orang menghadiri saat pembukaan pameran.
Dalam sambutannya, Dubes Rizal Sukma menyatakan rasa bangga dan menyampaikan apresiasi kepada Quoriena Ginting dan timnya yang telah bersedia memamerkan koleksi pribadinya kepada para pecinta seni tekstil di Inggris. Dubes Rizal Sukma juga menegaskan bahwa seni tekstil batik, tenun ikat dan songket disamping memiliki nilai seni yang sangat tinggi, juga memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Lebih jauh, Dubes Rizal Sukma memandang kekayaan budaya Indonesia sebagai medium diplomasi yang efektif melalui jalur people-to-people.
Sementara Quoriena Ginting menyatakan terima kasih kepada KBRI London yang telah bersedia memfasilitasi pameran seni tekstil koleksinya. Quoriena menjelaskan bahwa selama 2 hari publik Inggris dapat melihat seni tekstil batik, tenun ikat dan songket dari Indonesia yang sangat menarik, diantaranya ada seni tekstil yang sangat langka karena sudah berusia ratusan tahun dan ada juga seni tekstil yang membutuhkan proses pembuatan sampai 5 tahun. Quoriena menekankan pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya bangsa Indonesia sebagai pembelajaran untuk generasi di masa datang. Ditambahkan bahwa melalui pameran ini, publik Inggris dapat mengetahui dan memahami sejarah dan berbagai tradisi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu yang lampau sampai masa sekarang.
Salah satu seni tekstil yang banyak menarik perhatian pengunjung adalah kain batik yang diberi nama “Kereta Paksi Naga Liman” dari Cirebon. Motifnya yang berasal dari Keraton Kanoman memperlihatkan berbagai pengaruh budaya dari luar Cirebon. Disamping motif mega mendung yang merupakan corak khas Cirebon, nampak juga pengaruh budaya Islam (Arab), Hindu (India) dan Tiongkok yang digambarkan dalam kereta kencana yang ditarik oleh binatang mistik Paksi Naga Liman. Sementara elemen budaya Eropa nampak begitu jelas dalam penggambaran burung dengan sayap yang tampak sebagai emblem.
Publik Inggris yang tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai seni tekstil Indonesia dapat mengunjungi pameran yang berlangsung pada tanggal 20-21 April 2018 di KBRI London. Para pengunjung juga memiliki kesempatan untuk mencoba secara langsung salah satu bagian penting dalam proses membatik yakni mendesain kain dengan canting dengan medium malam yang dipanaskan melalui kompor portable. Disela-sela pameran, juga diadakan diskusi secara instensif bersama kurator dan seniman tekstil Eddy Soetriyono, pembatik Siti Maimona dan Adita Wasaina Ningsih serta Dr Lesley Pullen, ahli sejarah seni tekstil dari Inggris yang sangat memahami seni tekstil dari arca-arca kuno Jawa.
Perlu kita ketahui Bersama bahwasannya Kereta Singa Barong adalah sebuah Kereta Kencana yang bentuknya penggabungan dari 4 bagian hewan, singa/macan (tubuh, kaki, dan mata), gajah (belalai), garuda (sayap), naga (kepala). Dibuat pada tahun 1571 Saka atau 1649 Masehi. Kereta ini di gunakan untuk keperluan Sultan. Ditarik oleh empat ekor kerbau putih (kebo bule). Kereta ini memiliki kelebihan yang sangat unik, yaitu Teknik pembuatan arsitekturnya tak jauh beda dengan kendaraan zaman sekarang.
Sedangkan Kereta Paksi Naga Liman, dari Namanya sudah jelas bahwa kereta ini penggabungan dari 3 jenis hewan yaitu, Paksi = burung (sayap) Naga = naga (tanduk) Liman = gajah (belalai). Dibuat pada tahun 1350 Saka atau 1428 Masehi. Kereta ini digunakan oleh Sunan Gunung Jati berkeliling Keraton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar